"Assalamu'alaikum Mahar..."
"Hah? mas Firman?? Wa'alaikumsalaaamm..." Mahar terbelalak melihat kehadiran Firman pagi itu di tokonya. Baru tadi malam ia menyesali tak shalat berjamaah di masjid, tiba2 pagi ini bertemu Firman. Terbayar sudah kekecewaannya. Jantungnya  berdebar bak genderang perang.
"Saya mau menagih janji jeng Mahar soal roti gratis kemaren lho.." Firman tersenyum menggoda, maniiisssss persis madu lebah. Mahar gelagapan mendapat serangan senyum manis, langsung salah tingkah.
"Eh.. itu maksudnya, ini mas Firman.... adduuuhhh.. saya jadi grogi. maaf ya mas." Mahar mengakui kegalauan hatinya. Firman lagi2 tersenyum, bikin jantung Mahar makin gak kompak.
"Saya hanya bercanda kok jeng. Yang benar kedatangan saya kemari ingin bersilaturrahmi. Sebelumnya kita belum saling kenal kan? Maklumlah, lama meninggalkan desa membuat saya banyak ketinggalan informasi."
"Serius juga ndak apa2 kok mas Firman. Saya sudah berjanji, gak baik juga kalau ingkar. Tapi maaf, roti buaya kebetulan habis, tadi di borong mba Asih." Jawab Mahar. Ada keengganan terdengar saat menyebut nama Asih. Firman menangkap keengganan itu, menatap Mahar dengan pandangan penuh tandatanya. Mahar buru2 mengalihkan pembicaraan
"Silahkan pilih yang lain saja Mas Firman. Ini ada puding cherribelningnong, pie asmaradanaminim, keik labu tabur oncom, juga ada roti coklet plus kacang kuda, asli arab mas. Silahkan, pilih sesuka hati dijamin gratisss..." Mahar promosi, Firman menahan senyum. Geli melihat Mahar yang ngomomg apa adanya tanpa kesan dibuat-buat. Mahar yang menyadari reaksi Firman, tersipu malu. Semburat merah jambon melintas di wajahnya. Arggghhh.... seandainya saja.. hayalan mulai melintas di benak Mahar.
"Serius nih jeng Mahar?'
"Limarius mas." Mahar mengatur suara semerdu mungkin, mirip Syahrini.
"Baiklah, kalau gitu saya pilih puding asmaradanaminim saja, sepertinya pas dengan kondisi saya." Firman bercanda, Mahar tertawa geli. Sungguh sebuah perkenalan yang berkesan. Saking berkesannya, dengan berani Mahar mengundang Firman untuk datang berkunjung ke rumah. Gilanya, Firman meng iya kan. Wuihh..,. tak terbayang hebohnya Mahar mendengar kesediaan Firman. Begitu Firman berlalu, dendang riang irama orkes melayu kampay berkumandang dari bibirnya.
****