Seorang pemimpin yang baik memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap ketidakpastian masa depan, dapat bekerja di luar negara dan budaya, dan dapat membuat lingkungan yang inovatif, menurut Rainier Turangan dari DDI (2015). Pemimpin yang visioner dan adaptif sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan, dan setiap organisasi, termasuk negara, harus menghadapi dinamika dan tantangan masa depan.
Terdapat beberapa karakteristik lain yang harus dimiliki oleh pemimpin adaptif, seperti kemampuan untuk menciptakan lingkungan yang menerima berbagai perspektif dan memanfaatkan pengetahuan kolektif untuk membantu organisasi. Selain itu juga dengan merangkul keragaman pandangan dan memanfaatkan pengetahuan kolektif tersebut untuk memberi manfaat bagi organisasi. Namun disisi lain, pemimpin juga memiliki kewajiban untuk peka dan menyadari bahwa setiap perubahan skala besar adalah proses yang bertahap dan membutuhkan usaha dan kesabaran untuk menanggung tekanan yang menyertainya. Mereka juga harus menyadari bahwa perubahan dapat menjadi proses yang menyakitkan. Akibatnya, pihak internal dapat mengantisipasi dan mengatasi perilaku enggan dari rekan kerja. Dengan mengubah dan menyesuaikan sistem, tujuan mulia organisasi yang kita cita-citakan bersama dapat dicapai melalui pemimpin yang fleksibel dan efektif.
Kepemimpinan yang efektif mencakup kemampuan untuk membuat keputusan yang jelas dan tegas serta kemampuan untuk beradaptasi melalui apa yang telah dipelajari selama proses perubahan. Pemimpin harus terus menggunakan gaya kepemimpinan yang tegas dan persuasif. Oleh karena itu, untuk menciptakan sebuah tata kelola baru yang berhasil dan produktif, para pemimpin harus menggabungkan intuisi kepemimpinannya dengan ide dan prinsip yang dapat disesuaikan. Perubahan menuntut para pemimpin untuk mendengarkan dengan cermat, mengambil tindakan yang sesuai dengan keadaan, dan tidak membiasakan diri untuk menghindari fakta.
Perubahan memiliki waktu dan data yang terbatas. Oleh karena itu, para pemimpin tidak boleh ragu dan tidak berani; mereka harus cepat membuat keputusan dalam waktu singkat serta mengurangi risiko yang akan timbul dari proses perubahan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi untuk membuat rencana tindakan. Jika seorang pemimpin tidak dapat memahami batas waktu dan informasi yang terkait dengan peristiwa perubahan, ia akan menunda-nunda tindakan yang diperlukan untuk melakukan perubahan, dan pada akhirnya, mereka pasti tidak akan melakukan perubahan.
Kepemimpinan adaptif berarti kepemimpinan yang mampu dan cerdas dalam menangani berbagai situasi dan situasi dalam berbagai situasi. Selain itu, mereka tidak duduk dan memikirkan banyak hal, tetapi cepat mengambil tindakan untuk mengatasi masalah dengan perubahan yang diperlukan. Kepemimpinan adaptif memiliki kemampuan untuk menata kepribadiannya, meningkatkan kualitas mental, terlibat dalam proses perubahan, dan selalu menghasilkan tingkat kepastian yang lebih tinggi. Mereka juga memiliki semangat yang lebih besar untuk belajar dari setiap perubahan menuju keadaan yang diinginkan.
Pemilihan Budaya Adaptif Sebagai Budaya Organisasi Yang Efektif
Untuk membangun budaya yang adaptif, pemimpin harus dapat menyampaikan tujuan dan visi organisasi secara persuasif dengan menggunakan bahasa dan komunikasi yang mudah dipahami dan dipahami. Dalam situasi seperti ini, anggota akan lebih termotivasi dan termotivasi untuk melakukan pekerjaan terbaik mereka karena staf akan mengetahui tujuan  organisasi (Wiratama & Darsono 2017). Menurut mcshane dan Von Glinow (2010), kemampuan ini dikenal sebagai sense making. Kemampuan sensemaking adalah ketika budaya organisasi dapat membantu anggota memahami apa yang sedang terjadi di dalam  organisasi. Fungsi budaya organisasi seperti ini dapat meningkatkan kesuksesan  organisasi.
Adaptif berarti cerdas menyesuaikan diri dengan perubahan, dan kepemimpinan adaptif berarti kepemimpinan yang mudah menyesuaikan diri dengan perubahan dan situasi baru. Perubahan selalu menghasilkan perspektif baru, dan perspektif baru ini akan berdampak pada berbagai peristiwa yang sedang berlangsung. Setiap pemimpin pasti akan menghadapi kesulitan untuk menerima perubahan jika mereka tidak mempersiapkan kepribadiannya untuk menerima pandangan baru. Kemampuan untuk mengatur sifat seorang pemimpin dalam konteks perubahan akan membantu kemajuan organisasi dalam menangani kompleksitas yang berbeda.
Tidak hanya tentang pemimpin yang adaptif, keefektifan manajemen juga akan sangat penting dalam memimpin suatu organisasi, baik yang berorientasi keuntungan maupun nonprofit. Kepemimpinan yang efektif adalah bukti kecerdasan pemimpin. Khususnya, dalam hal kemampuan untuk membuat keputusan yang jelas dan tegas serta kemampuan untuk beradaptasi melalui pengalaman belajar dari setiap langkah menuju perubahan.Pemimpin harus tegas dan berpengaruh. Oleh karena itu, untuk menciptakan sebuah tata kelola baru yang berhasil dan produktif, para pemimpin harus menggabungkan intuisi kepemimpinannya dengan ide dan prinsip yang dapat disesuaikan. Perubahan menuntut para pemimpin untuk mendengarkan dengan cermat, mengambil tindakan yang sesuai dengan keadaan, dan tidak membiasakan diri untuk menghindari fakta.
Terdapat berbagai cara untuk membuat budaya menjadi adaptif. Â Salah satunya adalah meningkatkan kemampuan anggota untuk berkomunikasi dengan lebih efektif dalam organisasi. Dengan cara ini, organisasi dapat berjalan dengan baik. Komunikasi adalah bagian dari manajemen sumber daya manusia karena memungkinkan setiap anggota organisasi berinteraksi satu sama lain, mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang arahan, dan meningkatkan efisiensi kerja tim. Peran pimpinan sampai bawahan dalam sebuah organisasi dianggap berhasil karena komunikasi antar anggota dapat meningkatkan kinerja individu dan organisasi (Wiratama & Darsono, 2017).Â
Menurut Kisdarto (dalam Wiratama & Darsono, 2017), perbandingan antara masukan (input) dan keluaran (output) yang dicapai didefinisikan sebagai perbandingan. Kinerja juga mencakup pencapaian sasaran dan pengelolaan masukan yang efektif. Akibatnya, pekerjaan yang produktif dan efisien juga akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Organisasi harus terus menyelaraskan diri dengan lingkungannya untuk mencapai kinerja yang tinggi, seperti sikap mental yang visioner. Oleh karena itu, budaya yang fleksibel sangat penting untuk keberlanjutan organisasi.