Mohon tunggu...
Maharani Amelia Putri Sejati
Maharani Amelia Putri Sejati Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Pendidikan Akuntansi

Mahasiswa baru Universitas Negeri Jakarta spesialisasi bidang Pendidikan Akuntansi dengan berbagai pengalaman bidang organisasi internal dan eksternal sekolah seperti kesekretariatan dan hubungan masyarakat. Termasuk pribadi yang selalu berusaha bekerja secara maksimal, semangat untuk mempelajari hal-hal baru, serta mampu bekerja sama secara tim ataupun individu. Menguasai beberapa kemampuan baik yang bersertifikat ataupun non sertifikatsertifikat seperti Ms. Office, Accurate, Time management, dan lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

IMPRESI BUDAYA ADAPTIF DALAM ORGANISASI DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN SOCIETY 5.0

8 November 2023   01:48 Diperbarui: 8 November 2023   02:33 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 : Adaptive (Sumber: agetdevelopment)

Organisasi memiliki hubungan yang erat dengan mahasiswa. Menuju Indonesia Emas 2045, peran mahasiswa saat yakni sebagai agen perubahan atau pihak yang akan mewujudkan gerakan-gerakan baru di masyarakat. Era ini ditandai dengan pesatnya evolusi dunia digital yang menuntut kita untuk terus meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun untuk mencapai tujuan tersebut, kita harus membuat pergerakan yang pasti dan terstruktur.

Dalam konteks organisasi, keberhasilan seorang pemimpin dalam menciptakan budaya dalam suatu organisasi sering kali diartikan sebagai cerminan dari keberhasilan organisasi tersebut. Jika dalam suatu organisasi, organisasi tersebut berjalan sesuai dengan tujuannya maka dapat disimpulkan kepemimpinan organisasi tersebut berjalan dengan efektif. Sebaliknya jika budaya organisasi terus berjalan secara negatif dan tidak dapat memotivasi bagian manapun dalam organisasi tersebut untuk berubah sesuai tujuan yang telah ditetapkan, maka  organisasi akan jauh dari tujuannya. Kepemimpinan sangatlah penting bahkan menjadi landasan bagi seluruh fungsi organisasi. Tidak heran apabila permasalahan pemimpin selalu dikaitkan dengan kemajuan organisasi, karena kompleksitas organisasi merupakan cerminan dari permasalahan yang dihadapi para pemimpin organisasi.

Urgensi Budaya Organisasi Di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0

Budaya organisasi memegang peranan penting dalam mengubah cara pikir dan kerja suatu individu atau kelompok. Saat ini karakteristik dunia kerja juga berbeda-beda antara lain operasional yang lancar, fleksibilitas yang tinggi, dan struktur organisasi yang semakin fleksibel (Daft; 2006, 2010).

Untuk meningkatkan nilai suatu organisasi, budaya organisasi dapat meningkatkan kualitasnya. Dalam hal ini, nilai-nilai dan standar yang ada dalam budaya organisasi dapat ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas budaya yang positif. Organisasi tidak cukup hanya menyiapkan diri melalui budayanya tetapi juga tidak siap menghadapi persaingan atau revolusi; organisasi juga perlu menerapkan budaya yang kuat yang mampu beradaptasi di tempat kerja.

Budaya organisasi adalah dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak, memecahkan masalah, dan menghasilkan anggota yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya (Schein, 1992). Untuk mencapai hal ini, semua anggota harus diberikan edukasi terkait cara yang tepat untuk belajar berpikir kritis. Menurut Robbins (2003), budaya adalah sistem bersama yang dianut oleh anggota organisasi, yang membedakan organisasi dari organisasi lain.

Menurut Robbins (2003), budaya organisasi memiliki beberapa manfaat, seperti memberi anggota organisasi rasa identitas dan memainkan peran penting dalam menciptakan perbedaan antara organisasi, budaya membantu menumbuhkan komitmen pada sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan diri seseorang, meningkatkan kekuatan sistem sosial, dan berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang mempengaruhi sikap dan perilaku anggota. Dalam hal ini, budaya, atau norma, menentukan cara anggota berinteraksi di tempat kerja mereka. Nilai-nilai sehat dan prinsip-prinsip mendorong anggota untuk bekerja dengan cara yang efektif untuk kemajuan organisasi, sehingga organisasi menjadi lebih baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manfaat tersebut menunjukkan bahwa budaya organisasi dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan anggota saat mereka melakukan aktivitas di dalamnya. Akibatnya, nilai-nilai yang terkandung dalam budaya organisasi harus ditanamkan pada setiap pekerja sejak awal.

Untuk tetap bersaing dengan  organisasi terkemuka lainnya di dunia saat ini, budaya kinerja yang tinggi sangat penting. Budaya kinerja tinggi percaya dapat merencanakan masa depan secara sistematis. Dalam penelitian Dr. John Sullivan yang berjudul "Peran HR dalam Membangun Budaya Kinerja Tinggi", budaya kinerja tinggi merupakan sistem terintegrasi untuk proses manajemen yang berfokus pada kinerja yang luar biasa (Sullivan, 2004). Misi  organisasi yang menarik, loyalitas pelanggan, motivasi anggota, dan nilai organisasi harus menjadi bagian dari budaya yang dibangun untuk mendukung kesuksesan organisasi. 

Budaya organisasi juga dapat meningkatkan nilai organisasi, yang berarti meningkatkan kualitas organisasi melalui prinsip dan standar yang ada di dalamnya. Karena itu, budaya organisasi juga dikenal sebagai pedoman dalam menyatukan organisasi dengan memberikan standar tepat mengenai tutur kata dan tingkah laku para anggotanya. Namun perlu diketahui terdapat proses yang harus dilalui dan waktu yang harus dikorbankan untuk membangun budaya organisasi yang kuat. Mengapa begitu? Karena perubahan yang terjadi dalam organisasi juga mempengaruhi persepsi, keinginan, sikap, dan perilaku anggota organisasi. Kesesuaian antara karakteristik organisasi dengan keinginan anggota harus dicapai yang mengarah pada tingkat kebersamaan yang tinggi.

Dalam menyiapkan perubahan, anggota diharapkan merasa aman dan nyaman untuk berkembang dan melakukan pekerjaannya, sehingga mereka bersedia dengan bebas menerima perubahan. Dengan demikian, terlihat jelas bahwa budaya organisasi sangat penting untuk meningkatkan kepuasan anggota dan kinerja organisasi.

Wallach (Sutanto, 2002: 122) meneliti bahwa kepuasan kerja sangat bergantung pada seberapa dekat seseorang dengan budaya organisasi. Maghfiroh (2001) mendukung temuan ini dengan mengatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dan seberapa dekat seseorang dengan budaya organisasi. Sebaliknya, jika sebuah  organisasi mempekerjakan anggota yang nilai-nilainya bertentangan dengan nilai-nilai organisasi, mereka akan kurang termotivasi, kurang puas dengan pekerjaan mereka, dan tidak akan ada kepuasan kerja (Sutanto, 2002: 122).

Kapabilitas Pemimpin Organisasi Dalam Menciptakan Budaya Organisasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun