Mohon tunggu...
Maharani Amelia Putri Sejati
Maharani Amelia Putri Sejati Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Pendidikan Akuntansi

Mahasiswa baru Universitas Negeri Jakarta spesialisasi bidang Pendidikan Akuntansi dengan berbagai pengalaman bidang organisasi internal dan eksternal sekolah seperti kesekretariatan dan hubungan masyarakat. Termasuk pribadi yang selalu berusaha bekerja secara maksimal, semangat untuk mempelajari hal-hal baru, serta mampu bekerja sama secara tim ataupun individu. Menguasai beberapa kemampuan baik yang bersertifikat ataupun non sertifikatsertifikat seperti Ms. Office, Accurate, Time management, dan lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

IMPRESI BUDAYA ADAPTIF DALAM ORGANISASI DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN SOCIETY 5.0

8 November 2023   01:48 Diperbarui: 8 November 2023   02:33 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 : Adaptive (Sumber: agetdevelopment)

Gambar 2 : Organisasi (Sumber: bpsdm.pu) 
Gambar 2 : Organisasi (Sumber: bpsdm.pu) 

Kepemimpinan  organisasi mempengaruhi budaya  organisasi, menurut Mondy dan Noe (1990). Dengan kata lain, budaya  organisasi dibentuk oleh berbagai contoh perilaku pemimpin  organisasi, bukan hanya pernyataan mereka. Selain faktor pemimpin, budaya  organisasi juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berinteraksi, seperti komunikasi, motivasi, karakteristik organisasi, proses administrasi, struktur organisasi, dan gaya manajemen.

Ketahuilah bahwa budaya  organisasi lebih baik jika manajemen berkomunikasi dengan baik tentang tujuan dan misi  organisasi, aturan, dan kebijakannya. Dengan komunikasi yang efektif, pihak manajemen dapat melakukan sosialisasi terkait organisasi. Pola tingkah laku anggota dalam hubungan mereka satu sama lain dan antara atasan dan bawahan akan dibentuk oleh pola komunikasi  organisasi.

Selain komunikasi, upaya-upaya manajemen memotivasi anggota juga membentuk budaya tersendiri dalam  organisasi, seperti apakah anggota selalu dimotivasi dengan uang, bagaimana  organisasi memandang kerja keras anggota, atau sejauh mana  organisasi memperhatikan kondisi lingkungan kerja. Upaya  organisasi memotivasi anggota akan menunjukkan bagaimana  organisasi memandang sumber daya manusia yang ada didalamnya.

Selain itu, toleransi terhadap perbedaan pendapat, kerja kelompok, dan penghargaan bagi mereka yang berprestasi juga sangat penting. Proses ini akan mempengaruhi budaya karena akan menunjukkan kepada orang-orang bagaimana  organisasi melihat keberhasilan, bagaimana  organisasi melihat konflik, dan apakah  organisasi menekankan kerja kelompok atau individu.

Struktur organisasi memiliki tingkatan sentralisasi dan formalisasi sendiri mulai dari yang paling dapat kaku hingga fleksibel. Semua faktor itu berdampak pada budaya organisasi. Struktur yang kaku dengan formalisasi yang tinggi biasanya menekankan aturan tertulis untuk segala-galanya, dan kebiasaan ini akan berlaku untuk menghindari hal-hal yang tidak pasti. Sebaliknya, anggota yang bekerja dalam struktur yang lebih fleksibel dan mandiri mungkin lebih dibiasakan untuk mengatasi ketidakpastian secara kreatif dan mandiri.

Lalu berkaitan dengan kepemimpinan, budaya  organisasi dipengaruhi oleh gaya manajemen. Bagaimana perencanaan, pengorganisasian, dan kegiatan pemimpin dan pengendalian dilakukan akan mencerminkan gaya manajemen yang berlaku di organisasi tersebut? gaya manajemen berkaitan erat dengan struktur organisasi, komunikasi dan upaya memotivasi anggota. Selain itu ketidak seragaman gaya manajemen pada tingkatan manajemen dapat mempengaruhi budaya  organisasi. Sebenarnya tidak ada keharusan untuk memiliki kebijaksanaan dan nilai aturan tertentu yang sama di suatu organisasi.

Untuk mengoptimalkan peran generasi ini, jelas dibutuhkan pendekatan manajemen dan kepemimpinan yang berbeda. Kepemimpinan adaptif adalah gaya kepemimpinan yang fleksibel yang cocok dengan era organisasi 5.0 dan revolusi industri 4.0. Gaya kepemimpinan ini tidak memiliki hierarki senior di  organisasi dan sangat fleksibel. Gaya kepemimpinan ini tidak kaku dan luwes serta tidak mengenal dengan sistem senioritas dalam organisasi.

Berbagai gaya kepemimpinan dari diktator hingga demokratis, transformasi, dan kepemimpinan digambarkan dengan berbagai arti dalam beberapa penelitian. Tidak ada pemikir, peneliti, atau akademisi yang dapat menjelaskan dengan baik perdebatan teori ini, terutama untuk kelompok yang dipengaruhi oleh kepemimpinan.

Penanganan perubahan dalam penetapan arah melalui pembuatan visi masa depan dan kolaborasi, komunikasi, dan insentif bagi anggota organisasi untuk mencapai tujuan tersebut merupakan salah satu aspek kepemimpinan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Nawawi dalam Pasolong (2010) bahwa kepemimpinan adalah kemampuan atau kecerdasan yang mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) untuk bekerja sama untuk melakukan kegiatan yang terarah pada tujuan bersama. Jika seseorang tidak memiliki bakat, keahlian, atau referensi dari tindakan kepemimpinan sebelumnya, mereka tidak dapat mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan. Yukl (2010) menyatakan bahwa pengaruh adalah tugas kepemimpinan untuk mengarahkan perilaku dan sikap orang lain dalam organisasi dengan mengabaikan tujuan atau penerima manfaat sebenarnya.

Selanjutnya, Katz (1955) mengantisipasi tiga karakteristik kepemimpinan: (1) Keterampilan teknis (technical skill), yang mencakup pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam proses kebijakan administratif dan/atau teknik; (2) Kemampuan manusia—kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan membangun tim; (3) Kemampuan konseptual—kemampuan untuk berpikir tentang model, kerangka, hubungan yang luas, dan rencana jangka panjang (visioner). Selain itu, menurut Zenger (2004), seorang pemimpin harus memiliki kemampuan seperti pengetahuan teknis, pengetahuan tentang produk, kemampuan untuk menganalisis dan memecahkan masalah, keterampilan profesional, inovasi, dan penggunaan teknologi yang efektif. Gupta (1983) juga mengatakan hal yang sama tentang kepemimpinan sektor pemerintahan: 1) memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai pemimpin dan pemimpin resmi; 2) memiliki kemampuan untuk memberikan otoritas; (3) memiliki perhatian yang tinggi pada bawahan; (4) memiliki kemampuan untuk menciptakan lingkungan di mana orang merasa senang di tempat kerja. Menurut pengertian ini, seorang pemimpin harus bertindak sebagai pemimpin yang dapat diterima oleh semua anggota kelompok. Selain itu, sebagai pemimpin resmi, seorang pemimpin harus memiliki sifat fatherly

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun