"Lain kali ditutup, ya." Yosep tidak berani menatap Maula langsung. Memandang pemakaman rupanya lebih mampu menekan jantungnya yang mulai tak tentu mendegup bertalu-talu. "Kembalikan sandalnya besok ke rumahku atau kapanpun kamu siap." Salah tingkah, Yosep beranjak dari hadapan Maula. Menyisakan tanda tanya besar di jidat gadis berkulit sawo matang tersebut.
Tiga sekawan itu berjalan menuju rumah masing-masing. Yosep tergelak melihat kepanikan Asep. "Mana ada jurig di bulan puasa, Cep."
"Aslina[15] !"
"Istigfar. Masa, lihat kembaran sendiri kaget?" Yosep masih terbahak.
Asep menoyor kepala Yosep, diikuti sumpah serapah yang tidak baik untuk kesehatan pendengaran.
"Udah ketemu sandalnya?" tanya Ruhiyat.
"Udah."
"Terus? Mana?"
Yosep mengangkat bahu sembari tersenyum lebar.
"Aku bakal bilang, sandal Mamak dipinjam sama calon menantunya," tandas Yosep mantap. Hatinya cerah serupa taman bunga gemitir sekarang.
[1]Â Mohon maaf sekali