"Dulunya ini tempat apa, Pak?"
"Dengar dari orang-orang di sekitar, sih, rumah satu keluarga. Tapi lama sekali itu, ada mungkin tiga puluh empat sampai tiga puluh enam tahun yang lalu."
"Kenapa lama kosong, Pak?"
"Nah, itu saya juga kurang tahu persis. Hanya dengar katanya pernah ada kejadian mengenaskan, begitu. Tetapi pastinya apa, saya tidak tahu. Mereka enggan membicarakannya." Pak Satpam teringat sesuatu. "Dik, kamu tadi cari boneka, bukan? Coba saja cari di gudang, sebelah kamar mandi basement. Kalau enggak salah ingat pernah ada yang beres-beres gudang, banyak barang yang enggak dipakai lalu dibuang. Besoknya, orang ini, yang bersihkan gudang, mau ambil sesuatu di sana. Ternyata..." Pak Satpam menghentikan ucapannya sesaat. "...boneka itu ada lagi."
"Apa memang boneka beruang, saya lupa-lupa ingat. Barangkali itu yang Adik cari," lanjut Pak Satpam, melirik basement yang lenyap ditelan gelap. "Besok saja lagi, Dik."
"Terima kasih banyak, Pak. Saya cari sekarang saja, besok kayaknya enggak akan sempat." Atha tersenyum sekilas. Berjalan menuju basement sembari menyalakan senter ponsel. Pak Satpam memandang cemas dari kejauhan.
Atha membuka pintu gudang. Tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk menemukan boneka beruang yang terletak di kursi sudut ruangan. Sablon tulisan 'Bebi' terpatri di baju boneka tersebut, berdebu seolah tidak pernah tersentuh barang seujung kuku.
Sekeluarnya dari gudang, Atha menyorot cahaya ponsel ke kamar mandi sebentar. Ia langsung bisa merasakan atmosfer kejadian ganjil yang pernah terjadi di sana. Dan, kejadian itulah yang ia lihat sebelum Arga menepuk pundaknya.
Sosok wanita dalam kejadian tersebut, meski sayup-sayup, seperti tidak asing bagi Atha.
**
Â