"Kebetulan aja, enggak, sih?"
"Enggak mungkin kebetulan! Kok, bisa setiap ada yang cerita habis ke ruangan Bapak terus lihat bunga itu, langsung yang bersangkutan meninggal? Dulu Wara, sekarang Yanti. Malah sebelum Wara pernah juga beberapa karyawan meninggal, 'kan? Dan mesti kejadiannya setelah lihat bunga itu di meja Bapak."
Percakapan menghebohkan itu ditutup dengan kesunyian. Semua orang saling berpandangan. Tidak berani menyimpulkan kebenaran lebih lanjut. Kebenaran yang membawa malapetaka.
**
Â
"Kematian Ilona dan Meningkatnya Kasus Kehamilan di Luar Pernikahan..."
Atha tersadar dari lamunannya.
Lelaki paruh baya di hadapan Atha mengangguk-angguk sembari membaca portofolio. "Headline ini sangat bagus untuk anda yang notabene baru pertama kali membuat di koran lokal. Kantornya di Jakarta, bukan? Dan, ini headline anda yang pertama sekaligus terakhir di sana?" Lelaki itu tertawa pelan. "Kenapa?"
Atha tersenyum canggung. "Saya harus mendampingi ibu, saat ini sedang dirawat di RSJ Grhasia. Jadi sekalian pindah tempat tinggal dan kerja di sini."
"Oh, begitu..." Lelaki itu mengerutkan kening tanda prihatin. "Di sini tinggal dengan ayah?"
"Tidak, saya sendiri. Ayah masih di Jakarta karena urusan pekerjaan."