“Tidak apa-apa, hanya dada saja yang agak sesak karena tadi tidak menyangka” kata Johan sambil mengangkat kedua tangan dan menarik nafas dalam diulang-ulang untuk meredakan nyeri ulu hatinya.
“Masuk dulu nak Johan, mari bapak buatkan minuman. Maaf ibu sendang tidak di rumah” ajak bapak kos.
“Tidak pak, saya langsung ke kos saja” elak Johan.
“Persoalan apa sih mas, sampai kamu diperlakukan begitu” warga dan mahasiswa heran karena Johan yang mereka kenal tidak pernah berbuat di luar kewajaran.
“Entahlah pak, tadi ada laki-laki yang bilang jangan merebut calon istri orang” Johan mengingat kata-kata ancaman para pengeroyoknya.
“Loh, memang mas Johan punya pacar selain mbak Leyna” tanya seorang mahasiswa. Semua mata memandang kepada mahasiswa sembrono itu dengan tatapan penuh makna.
“Maaf” kata mahasiswa itu merasa dipersalahkan oleh warga. Warga cukup mengenal Johan sehingga secara tak langsung berusaha membela, meskipun tetap curiga.
“Tidak” Johan menggelengkan kepala yang penuh berisi tanda tanya.
“Saja permisi pulang ya bapak-bapak dan adik-adik, terima kasih telah menyelamatkan saya” ujar Johan.
“Tolong yang muda-muda kawal mas Johan sampai kosnya, takutnya nanti masih diincar” bapak kos memberi saran. Hampir semua mahasiswa ingin mengantarkan, mereka berjalan berombongan.
Sambil berjalan Johan menelpon Anna manajer personalia di perusahaan tempatnya bekerja. Hanya Anna perempuan siap menikah yang sering jadi obyek godaan Johan.