Mohon tunggu...
Surtam A Amin
Surtam A Amin Mohon Tunggu... Freelancer - Peminat budaya

Kualitas nalar lebih penting daripada kuantitas gelar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Malam Renungan Suci

16 Agustus 2014   21:43 Diperbarui: 14 Agustus 2015   21:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sekarang orde reformasi, Bat! Semua mata menatap curiga pada kita. Jangankan berbuat salah, berbuat benar pun digugat orang, terutama oleh para pemuda yang heroik seperti kita dulu.”

“Hebat, kalau begitu. Para pemuda sekarang tentu lebih cerdas, lebih kritis, kreatif, inovatif, dan berdisiplin tinggi. Kesempatan mereka menuntut ilmu lebih terbuka, sebagai buah dari kemerdekaan.”

“Ya.”

“Mereka pasti lebih pintar bicara, lebih lancar berpidato tentang segala hal. Tentang keindahan masa depan. Bagaimana tentang penghargaan mereka terhadap para pahlawan?”

“Wah, luar biasa! Setiap tahun para pemuda kita selalu menjadi pelopor dalam memperingati hari ulang tahun kemerdekaan. Tanpa diundang, dengan kesadaran sendiri barisan pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi pemuda selalu memenuhi lapangan upacara.”

“Ccckkk!”

“Seperti tadi yang baru aku hadiri, acara renungan suci di pekuburan umum kampung kita, semuanya dilaksanakan oleh para pemuda.”

“Mereka benar-benar sesuai dengan harapan kita. Harapan para pejuang kemerdekaan. Untuk mereka itulah sebenarnya kita berjuang dulu, Bat. Tapi apakah laporanmu itu benar? Kamu jangan memanipulasi data. Ingat, Belanda berhasil menjajah Indonesia selama tiga setengah abad karena mereka mampu memanipulasi data. Masyarakat dunia mengira rakyat di negeri jajahannya itu hidup makmur, semakmur negeri Belanda yang mereka lihat. Jangan-jangan dengan melihat perutmu yang semakin buncit, orang luar negeri mengira di negeri ini tidak ada lagi program raskin!”

Aku tersenyum-senyum sendiri mendengar pertanyaan M@cver. Dalam hati aku berkata: “Mencari kebenaran dan kejujuran sekarang ini lebih sulit daripada mencari jarum di tengah lapangan sepakbola.”

Suara M@cver tidak terdengar lagi, karena aku sudah mengantuk. Aku terkejut ketika dari setiap kendaraan yang lewat di depan pekuburan terdengar suara sirene meraung-raung. Entah karena gembira, ataukah karena semakin beratnya beban yang dipikulnya selama ini. Rupanya masyarakat ramai-ramai memperingati detik-detik proklamasi.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun