Sehari setelah foto itu viral, surat kabar Rusia "Inveztia" memuatnya. Dalam artikel di surat kabar itu dijelaskan bahwa penyebab kematian Valerya adalah akibat gangguan pembekuan darah. Pihak keluarga menjelaskan, malam hari setelah kepulangan Valerya dari Taman Novosibirsk, tubuh Valerya mengalami panas yang hebat.
Bahkan sempat kejang-kejang. Karena menganggapnya sebagai demam biasa, ibu Valerya hanya mengompres putrinya menggunakan air es. Dan setelah beberapa kali diberi kompres, panas di tubuh Valerya mulai menurun. Tapi sayang, keesokan paginya Valerya telah ditemukan diatas tempat tidur dalam keadaan mengalami pendarahan hebat di hidung dan mulut.
Bahkan lubang telinga kanan Valerya mengeluarkan darah. Saat itu detak jantung Valerya masih terdengar pelan. Ayah Valerya segera menelepon Dr. Alena Koltsov. Tapi sayang, Tuhan telah memanggilnya lebih dulu sebelum dokter itu datang.
***
"Kasihan sekali gadis itu." gumam Alena Koltsov setelah ia meletakkan surat kabar "Inveztia" yang ia baca. Lalu ia menyeruput secangkir latte hangat dan bersiap pergi menuju Rumah Sakit Saint Petersburg. Tempat ia bekerja sebagai dokter spesialis penyakit dalam.
Dalam perjalan menuju kantornya, ia mengirim pesan singkat kepada ibu Valerya.
Maafkan saya Nyonya, saya telah gagal menyelamatkan putri Nyonya.
Tak berselang lama, ponselnya bergetar. Dilayarnya tertulis Tuhan lebih sayang putriku, aku merelakan kepergiannya. Alena hanya menatapnya. Tak terasa airmatanya jatuh perlahan. Dalam hatinya ia bertekad untuk menyelidiki kasus yang terbilang langka ini.
Beberapa bulan setelah ia menangani kasus Valerya, ia mengajak rekannya Dr. Konstantin Sikorsky untuk mendatangi Taman Novosibirsk.
Sore itu selepas bertugas, mereka mendatangi taman. Suasana masih sepi. Udara tidak terlalu dingin. Sehingga mereka dengan leluasa bisa melihat dan mengambil sampel di tempat kejadian.
Sesuai dengan foto yang ia lihat di surat kabar "Inveztia" dan portal berita online Rusia, mereka akhirnya menemukan tempat dimana Valerya terjatuh. Tidak ada yang bisa dijadikan petunjuk disana selain hanya hamparan salju putih. Kedua dokter itu hampir putus asa.