Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Permafrost Pandora

24 Agustus 2019   07:14 Diperbarui: 24 Agustus 2019   07:23 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : siberiantimes

     Sehari setelah foto itu viral, surat kabar Rusia "Inveztia" memuatnya. Dalam artikel di surat kabar itu dijelaskan bahwa penyebab kematian Valerya adalah akibat gangguan pembekuan darah. Pihak keluarga menjelaskan, malam hari setelah kepulangan Valerya dari Taman Novosibirsk, tubuh Valerya mengalami panas yang hebat. 

Bahkan sempat kejang-kejang. Karena menganggapnya sebagai demam biasa, ibu Valerya hanya mengompres putrinya menggunakan air es. Dan setelah beberapa kali diberi kompres, panas di tubuh Valerya mulai menurun. Tapi sayang, keesokan paginya Valerya telah ditemukan diatas tempat tidur dalam keadaan mengalami pendarahan hebat di hidung dan mulut. 

Bahkan lubang telinga kanan Valerya mengeluarkan darah. Saat itu detak jantung Valerya masih terdengar pelan. Ayah Valerya segera menelepon Dr. Alena Koltsov. Tapi sayang, Tuhan telah memanggilnya lebih dulu sebelum dokter itu datang.

***

     "Kasihan sekali gadis itu." gumam Alena Koltsov setelah ia meletakkan surat kabar "Inveztia" yang ia baca. Lalu ia menyeruput secangkir latte hangat dan bersiap pergi menuju Rumah Sakit Saint Petersburg. Tempat ia bekerja sebagai dokter spesialis penyakit dalam.

     Dalam perjalan menuju kantornya, ia mengirim pesan singkat kepada ibu Valerya.

     Maafkan saya Nyonya, saya telah gagal menyelamatkan putri Nyonya.

     Tak berselang lama, ponselnya bergetar. Dilayarnya tertulis Tuhan lebih sayang putriku, aku merelakan kepergiannya. Alena hanya menatapnya. Tak terasa airmatanya jatuh perlahan. Dalam hatinya ia bertekad untuk menyelidiki kasus yang terbilang langka ini.

     Beberapa bulan setelah ia menangani kasus Valerya, ia mengajak rekannya Dr. Konstantin Sikorsky untuk mendatangi Taman Novosibirsk.

     Sore itu selepas bertugas, mereka mendatangi taman. Suasana masih sepi. Udara tidak terlalu dingin. Sehingga mereka dengan leluasa bisa melihat dan mengambil sampel di tempat kejadian. 

Sesuai dengan foto yang ia lihat di surat kabar "Inveztia" dan portal berita online Rusia, mereka akhirnya menemukan tempat dimana Valerya terjatuh. Tidak ada yang bisa dijadikan petunjuk disana selain hanya hamparan salju putih. Kedua dokter itu hampir putus asa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun