"Belum, masih banyak yang harus aku bersihkan." jawab pendeta.
"Sebaiknya kau pergi keluar. Ada banyak pengunjung kuil yang membutuhkan bantuanmu. Biar aku yang melanjutkan pekerjaanmu." jawab Simkath.
"Baiklah. Bersihkan tempat ini. Aku akan segera kembali."
Ruangan itu kini telah sepi. Hanya ada Simkath didalamnya. Ia mengamati setiap sudut tempat didalam ruangan itu tanpa ada yang terlewat. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah bungkusan kain putih diatas sebuah meja didekat ranjang. Ia membuka bungkusan itu. ia tersenyum puas.
"Akhirnya aku mendapatkanmu." gumam Simkath.
Setelah mendapatkan apa yang Simkath inginkan. Ia keluar dan menutup pintu ruangan itu. Dengan membawa bungkusan kain putih ditangannya, ia berjalan cepat menuju pintu keluar kuil. Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika seorang pendeta memanggil namanya.
"Pendeta, mengapa kau pergi secepat itu? Apakah ruangan meditasi telah bersih?"
Tidak ada jawaban dari Simkath.
"Pendeta! Tunggu..."
Langkah Simkath makin cepat. Yang ia inginkan hanyalah segera keluar dari kuil secepatnya. Namun tiba-tiba ia bertabrakan dengan Galata. Ketika ia hendak keluar dari kuil, Galata dan Teana memasuki pintu kuil. Karena Simkath kurang waspada, ia tidak memperhatikan kedatangan mereka.
"Hei Kakek, perhatikan langkahmu. Awas terjatuh." ucap Galata dengan sopan.