"Terimakasih atas pengertian kalian. Tanpa kalian, aku tidak mungkin bisa mengembalikan Kota Hegra seperti dulu. AKu percaya kalian mampu melakukannya." balas Teana.
Pertemuan singkat itu berakhir dengan kesepakatan antara pemimpin wilayah dengan Teana. Sekaligus mereka memilih Teana sebagai pemimpin di Kota Hegra. Karena mereka yakin bahwa Teana pantas dan mampu untuk memimpin Bangsa Nabataea.
***
Setelah hampir satu bulan, Kota Hegra mulai pulih. Para penduduk dan prajurit kerajaan bahu-membahu membangun kota mereka yang rusak. Kota itu mulai hidup. Beberapa bendungan air dibangun kembali. Pipa-pipa saluran air telah berfungsi dengan normal dan bisa mengairi ladang-ladang kurma dan anggur disana. Padang pasir yang semula kering, kini nampak menghijau di beberapa tempat.
Teana merasa puas. Pemimpin di berbagai wilayah Kota Hegra pun demikian. Mereka sangat senang dipimpin oleh Teana. Tanpa diperintah, para pemimpin itu menyetorkan barang-barang dan hasil ladang mereka untuk Teana.
"Terimalah ini Tuan. Karena kepemimpinan Tuan, wilayah kami makin maju."
"Terimakasih atas pemberianmu. Keberhasilan ini tidak akan kita dapatkan jika kita tidak bersatu dan saling bekerjasama." balas Teana singkat.
Beberapa hari kemudian saat Teana hendak berangkat menuju Kuil Qasr Al Binth untuk mengembalikan Patung Dewa Dhushara, Galata menghentikan langkahnya.
"Teana. Tunggu." teriaknya.
"Ada apa Galata? Apa ada sesuatu yang penting?"
"Benar. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadamu."