"Terimakasih Tuan."
Pendeta itu lalu pergi meninggalkan Peramal Simkath. Beberapa detik kemudian Simkath memanggilnya.
"Pendeta."
"Iya Tuan?" jawab pendeta itu sambil membalikkan badannya kearah Simkath.
Dalam sekejap pendeta itu telah berada dibawah pengaruh sihir Simkath. Tepat saat ia membalikkan badannya, Simkath telah berdiri dibelakangnya. Lalu Simkath memegang pundak pendeta itu hingga membuatnya diam tak bergerak.
Mantra sihir terucap dari mulut Simkath. Ia lalu meniupkan mantra itu ke telapak tangannya dan mengusapkan ke wajah pendeta kuil. Simkath menatap mata pendeta itu. Lalu ia mengusapkan tangannya ke wajahnya. Kini, dua orang dengan wajah dan suara yang sama persis saling berdiri berhadapan.
"Terimakasih Pendeta." ucap Simkath sambil tersenyum. Sementara itu si pendeta tetap berdiri dalam posisinya. Ia hanya bisa menggerak-gerakkan bola matanya karena tubuhnya masih berada dalam pengaruh sihir Simkath.
Simkath bergegas memeriksa seluruh isi ruangan didalam Kuil Ad Deir. Beberapa pendeta nampak sibuk membersihkan ruangan kuil. Sesekali para pendeta itu berpapasan dengan Simkath. Tidak ada kecurigaan sedikitpun di wajah mereka. Sihir Simkath telah berhasil menipu mereka.
Ketika tiba di salah satu ruangan, tiba-tiba liontin di leher Simkath mengeluarkan cahaya kehijauan. Simkath merasa heran. Namun ia tidak menghiraukan hal itu. Yang ada dalam pikirannya hanyalah mendapatkan patung Dewa Dhushara dan segera keluar dari kuil.
Ruangan itu tidak dikunci. Sebab seorang pendeta sedang berada didalam untuk membersihkannya. Simkath pun masuk.
"Pendeta? Apa pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Simkath.