Siang itu Jabal Ethlib cukup panas, beberapa rombongan pendatang berbondong -- bondong memasuki Kota Hegra. Mereka kelihatan sangat kelelahan. Pria, wanita dan anak -- anak nampak memenuhi punggung -- punggung unta dan kuda. Menyatu dengan bungkusan besar yang tergantung diatasnya. Keadaan seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Gelombang pendatang yang memasuki Kota Hegra kali ini lebih besar. Sehingga membuat beberapa penjaga gerbang sebelah Utara kota merasa sedikit kewalahan.
"Hei... Jangan berebutan, satu -- satu jalannya!" teriak penjaga gerbang. Rombongan pendatang itu mulai sedikit tertib. Tangisan anak -- anak, roda gerobak yang berderit serta ocehan para wanita yang merasa kelelahan sepanjang perjalanan berbaur menjadi satu. Suasana menjadi sedikit riuh namun terkendali.
Para prajurit kerajaan terlihat sibuk memeriksa barang -- barang bawaan para pendatang. Satu persatu mereka membuka bungkusan kain yang tergantung diatas punggung -- punggung unta. Memastikan tidak ada sesuatu yang membahayakan. Dari kejauhan nampak Qasr Al Binth. Pemukiman itu nampak ramai. Banyak orang berlalu -- lalang disana. Mereka sibuk dengan urusannya msing -- masing. Para pembesar kerajaan bermukim disana. Mengatur segala urusan kerajaan dari balik tenda -- tenda yang berdiri dengan megah.
"Rombongan Tuan darimana?" tanya seorang lelaki.
"Kami semua pendatang dari Petra, kami kemari untuk mengungsi dan menetap sementara disini."
"Baiklah, kami akan segera memeriksa rombongan Tuan."
Kemudian lelaki itupun segera keluar dari tendanya. Memeriksa jumlah rombongan yang sedang menunggu di luar tenda.
Beberapa saat kemudian...
"Ini tanda pengenalmu Tuan, jangan lupa bawalah ini ketika kau hendak memasuki atau meninggalkan Kota Hegra." ucap lelaki itu sambil menyerahkan kepingan logam berlambangkan kepala Raja Aretas IV. Kemudian ia memberikan beberapa penjelasan kepada pemimpin rombongan.
"Terimakasih banyak atas penjelasannya Tuan...."
"Ghalib, panggil saja Ghalib." jawab lelaki itu singkat.