“Tuan sudah datang rupanya. Sudah Tuan, Haydar sedang membersihkan badannya.” jawab Manaf. Lalu ia duduk disebelah Ghalib.
“Ini aku belikan mantel bulu Meerkat untuk kalian berdua. Cobalah, mudah – mudahan cocok ukurannya.” ucap Ghalib sambil menyodorkan sebuah bungkusan kain kepada Manaf.
“Mantel Meerkat? Pasti mahal.” ucap Manaf sambil membuka bungkusan kain yang ia terima dari Ghalib.
“Apa itu Manaf ? Indah sekali.” ucap Haydar setelah ia selesai membersihkan badannya.
“Ini, kau cobalah satu.” jawab Manaf sambil menyodorkan sebuah bungkusan berisi mantel.
“Iya Haydar, cobalah. Pasti cocok untukmu.” sahut Ghalib.
“Bagus sekali Manaf. Kau yang membelinya?” tanya Haydar.
“Tentu saja bukan. Mana mungkin orang sepertiku mampu membeli mantel sebagus ini.” jawab Manaf.
“Lalu, siapa yang membeli mantel Meerkat ini?” tanya Haydar sambil membetulkan posisi mantel tersebut.
“Aku yang membelikannya untuk kalian berdua. Tadi sewaktu aku pergi, di jalan aku melihat ada kerumunan. Setelah aku dekati, ternyata itu adalah seorang pedagang mantel dari Syria yang sedang berjualan. Kebetulan mantel itu bagus dan aku suka. Akhirnya aku mendapatkan 2 buah mantel Meerkat setelah aku tawar menawar dengan pedagang itu.” jawab Ghalib sambil tersenyum kepada kedua sahabatnya itu.
“Hmm… Kalau boleh tahu, berapa harga kedua mantel Meerkat ini Ghalib?” gurau Haydar.