“Tunggu sebentar Tuan, Hamba punya ide.” ucap Manaf.
“Ide apakah itu?” tanya Ghalib penasaran.
“Izinkan hamba memahat patung dan unta Tuan disini. Di dinding Al Siq.” jawab Manaf.
“Untuk apa Manaf ?” tanya Ghalib penasaran.
“Agar semua orang tahu bahwa Tuanlah yang membangun saluran air ini.” Jawab Manaf singkat.
“Tapi Manaf…” sela Ghalib.
“Sudahlah Tuan, Tuan istirahatlah disana bersama Haydar. Pahatan ini tidak membutuhkan waktu lama. Hanya beberapa menit saja.” ucap Manaf.
“Tuan, sebaiknya Tuan turuti permintaan Manaf. Apa salahnya patung Tuan dipahat disana. Patung seorang pembesar Nabataea yang patut dihormati para penduduk.” ucap Haydar.
“Ya sudahlah kalau begitu. Semoga dengan begitu, pengorbanan kita bisa dikenang oleh orang lain.” jawab Ghalib singkat.
Manafpun mempersiapkan peralatannya. Haydar dan Ghalib meninggalkan Manaf. Mereka menunggu di depan Kuil Al Khazneh. Mereka mengikat ketiga unta mereka disalah satu tiang yang ada didepan kuil.
Suasana cukup ramai siang itu. banyak sekali para pedagang yang datang. Ghalib membeli beberapa makanan dan minuman untuk dimakan dengan Haydar sambil menunggu Manaf menyelesaikan pahatannya.