“Sama – sama.” jawab Ghalib sambil tersenyum kepada kedua sahabatnya itu.
“Ya sudah Tuan, Haydar. Ayo kita segera berangkat ke Kota Hegra. Selagi hari masih belumlah panas.” ucap Manaf.
“Mari…” balas Ghalib.
Perjalanan ketiga orang Nabataea itu berlanjut. Mereka akhirnya kembali kerumah mereka di Kota Hegra. Masing – masing menaiki untanya. Dengan diiringi hangatnya sinar matahari dan hembusan angin yang cukup lembut, mereka meninggalkan Penginapan Saba.
Sepanjang perjalanan, mereka merasa puas. Karena saluran air yang mereka pahat sepanjang dinding Al Siq telah digunakan oleh para penduduk Petra.
Manaf - si tukang pahat, sengaja menghubungkan saluran air yang ada di sumber air Wadi Musa dengan saluran air ditengah Kota Petra. Air yang didapatkan dari Wadi Musa dihubungkan dengan saluran air di dinding Al Siq, saluran air yang sudah dipasangi pipa – pipa dari tanah liat kering. Kemudian saluran itu dihubungkan dengan pipa – pipa yang ada ditengah Kota Petra. Sehingga kebutuhan air di Kota Petra dapat tercukupi dengan baik.
“Lihatlah hasil kerjamu Manaf, semua orang kini bisa merasakan segarnya air ditengah – tengah gunung yang panas ini.” puji Ghalib.
“Iya Tuan, ini semua juga karena Tuan yang telah membantu mereka. Kalau bukan karena Tuan, saluran air ini tidak akan ada.” sahut Manaf.
Setelah beberapa jam berjalan, sampailah mereka di lorong Al Siq. Tepatnya di pintu masuk Kota Petra. Di depan Al Khazneh.
“Lihat, kita hampir sampai di Al Siq.” ucap Haydar.
Ketiga ekor unta mereka berjalan pelan – pelan menuju Al Siq. Saat sampai di pintu masuk, tiba – tiba…