Setelah tali tertempel di sepanjang dinding Al Siq, Manaf memulai memahat dinding. Ghalib bertugas mengawasi pekerjaan Manaf agar sesuai dengan peta yang mereka buat.
“Apakah kau mengalami kesulitan Manaf, sepertinya dinding Al Siq ini lebih keras daripada batu gunung yang ada di Kota Hegra.” ucap Ghalib.
“Sepertinya begitu,” jawab Manaf.
“Butuh berapa lama kau akan menyelesaikan pahatan ini,” tanya Ghalib.
“Sebelum petang tiba,” jawab Manaf singkat sambil terus memahat.
***
Aairah dan rombongannya perlahan – lahan meninggalkan Kota Petra. Mereka telah sampai di Wadi Musa. Lembah yang sangat luas di Kota Petra.
Udara di Wadi Musa terasa sedikit hangat karena hari hampir menjelang sore. Pasir gurun tertiup angin. Membentuk sebuah gumpalan bundar di udara. Burung – burung terbang melintas berkelompok. Bersiap – siap kembali ke sarang mereka setelah lelah seharian mencari makan.
Rombongan unta Aairah berjalan pelan melintasi Wadi Musa. Udara mulai sedikit panas. Aairah memerintahkan salah satu pengawal wanitanya untuk mencari air. Karena persediaan air mereka hampir habis.
“Hamra,” teriak Aairah dari dalam kereta untanya.
“Iya Nyonya, ada apa?” jawab Hamra dari samping pintu kereta unta Aairah.