Mohon tunggu...
Lutfah NurFitriyani
Lutfah NurFitriyani Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Lutfah

Tidak terbang saat dipuji, tidak tumbang saat dihina

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Sahabatku, Syafa'atku Kelak

16 Februari 2020   16:00 Diperbarui: 17 Februari 2020   01:54 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

       Aku mencoba untuk tegar dan duduk dengan tenang bersama Umi dan Buya. Aku tahu, ini bukan pertama kalinya dokter mengatakan itu.

     "Jadi begini bu." Aku memulai berbicara pada ibu dan bapak Balqis saat keadaan sudah tenang.

    "Balqis sebenarnya mempunyai penyakit kelenjar getah bening pada bagian lehernya. Namun dia tidak pernah mengatakan hal tersebut pada ibu. Karena dia tidak ingin ibu dan bapak stress memikirkan itu. Dia tidak ingin memberatkan pikiran ibu, bapak. Dia cukup memberi tahu kami. Kami selalu mengantarnya ke sini dan dokter Alisha adalah dokter langganan Balqis." Sambungku.

      Dengan raut wajah yang masam, rasa penyesalan datang yang terlihat pada bola matanya pun sedikit demi sedikit keluar mengucur.

      "Terimakasih Umi, Buya, Hafshah. Kalian selalu mendampingi Balqis." Ucap ibu Balqis pada kami.

       "Tidak apa-apa ibu, kami memakluminya." Balas Umi.
**
     Aku bukan pada tempat biasanya, keadaan yang semula gelap menjadi terang seperti keluar dari dunia fantasi. Aku bertemu dengan orang berbaju putih dengan raut wajah yang manis, tersenyum, dan memberiku salam. 

        Hatiku bertanya, ini, siapa? Lantas dia menjawab, aku, temanmu, yang menemanimu. Tersontak aku mendengarnya, ko dia bisa mendengar perkataanku?

    Kemudian aku pergi meninggalkannya dan mulai berjalan dengan rasa gugup. Aku melihat sekelilingku yang dipenuhi dengan keindahan. Mengapa ini sangat indah? Dimana aku sebenarnya? Gerutuku dalam hati. 

       Langkah tiap langkah aku susuri, tanpa disadari aku berada pada tempat yang sangat menakjubkan. Air terjun yang sangat indah dengan bunga yang harum baunya membuat tenang pikiran dan hatiku.    

       Ada banyak orang bermain di taman ini. Anak kecil, remaja mereka semua bermain dengan sangat asyik.

      "Ehhh maaf." Ujar seseorang yang menyenggolku.
       "Tak papa." Balasku dengan senyuman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun