Mohon tunggu...
luqman hakim
luqman hakim Mohon Tunggu... Freelancer - Be Better

Be Better

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Petani dan Problem Eksistensi di Mata Pemuda Masa Kini

9 Juni 2020   07:05 Diperbarui: 10 Juni 2020   07:33 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petani adalah manusia yang memelihara dan mengembangkan tanaman dan hewan untuk memperoleh produksi yang berguna secara teknis maupun ekonomis untuk tujuan memenuhi kebutuhan sendiri dan komersil (Suproyo, 1979).

Secara teknis petani melakukan kegiatan pertanian mulai dari merencanakan tempat, waktu, dan tanaman apa yang akan ditanam, proses penanaman, teknik pemeliharaan, panen, hingga pasca panen.

Secara ekonomis dalam pertanian memerhatikan faktor produksi dengan penggunaan seminimal mungkin untuk hasil maksimal. 

Banyak hal yang mempengaruhi proses produksi dalam pertanian seperti luas lahan, tenaga, modal, skill, dan penggunaan teknologi.

Tenaga sebagai salah satu faktor produksi pertanian memiliki peranan penting untuk peningkatan hasil produksi pertanian. Tenaga manusia utamanya sebagai pemegang kendali jumlah produksi selama periode penanaman.

Sejarah mencatat petani sebagai salah satu mata pencaharian penduduk yang menjadi penyangga kerajaan-kerajaan penakluk pada masa Sriwijaya, Singasari, Majapahit, Demak, Cirebon, hingga terbentuknya bangsa Indonesia.

Petani memiliki peran yang vital sebagai asset bangsa yang memberi suap kepada penduduk bangsa ini bahkan pernah pula memberikan bantuan bahan pangan kepada negara lain seperti kepada negara India pada tahun 1946. Begitu besar peranan petani dalam sejarah berdirinya umat manusia tidak hanya Indonesia.

Terlepas dari semakin kompleksnya masalah dibidang pertanian sperti menurunnya produksi pertanian, kualitas produk, membanjirnya produk impor, konflik lahan, penurunan jumlah, dan degradasi lahan pertanian menjadi permukaan. Petani muda diharapkan mampu mengubah dan mengatasi permasalahan dengan solusi yang inovatif dan berdaya saing global.

Lalu siapa sebenarnya petani muda itu?

Setelah mengetahui definisi petani di atas, perlu kita ketahui juga definisi kata muda. UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan pasal 1 ayat (1) pemuda adalah yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan, berusia 16 sampai 30 tahun.

Jadi petani muda adalah pekerja dari sektor pertanian berusia 16-30 tahun untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun komersil. 

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013 (Tabel 1 di lampiran), jumlah petani yang berusia 16-30 tahun hanya sekitar 3 jutaan orang. Jika dibanding dengan petani usia 31-65+ maka petani muda hanya berjumlah sekitar 10%.

Lalu bagaimana dengan kondisi sepuluh tahun ke depan dengan potensi petani berusia kurang dari 16 tahun hanya berjumlah ribuan? Siapa yang akan menggantikan menjadi pengisi perut bangsa ini yang semakin lapar?

Petani muda yang menjadi harapan bangsa saat ini mengalami penurunan jumlah dan stagnanisasi produktivitas yang cukup besar.

Para pemuda lebih memilih melakukan urbanisasi untuk meningkatkan taraf hidup karena pekerjaan sebagai petani dianggap sebagai pekerjaan kotor dan kurang menjanjikan. 

Mereka lupa bahwa perut mereka perlu diisi dengan bahan pangan yang cukup dan berkualitas. Bahkan presiden Joko Widodo sempat menyentil lulusan pertanian (Suryowati, 2017) yang malah enggan untuk terjun ke dunia yang telah mereka tekuni bertahun-tahun agar bisa lulus.

Sentilan tersebut memang benar-benar menggambarkan kondisi tenaga kerja di bidang pertanian saat ini (lihat Gambar 1). Petani berasal dari perguruan tinggi hanya satu persen dari total sekitar 26 juta petani dan empat puluh persen petani adalah lulusan Sekolah Dasar.

Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi besar untuk ditingkatkan kualitas maupun kuantitas. Petani sebagai pekerja utama sektor pertanian memiliki peranan penting bagi kemajuan sektor pertanian.

Kondisi saat ini malah berbanding terbalik dengan yang diharapkan padahal kita semua tahu bahwa tanpa petani mungkin kita tidak dapat hidup dengan nyaman. Petani bekerja keras mengelola lahan pertanian agar dapat membantu mengisi perut orang lain selagi menahan lapar. 

Baru akhir-akhir ini kembali sektor pangan kembali disoroti karena banyaknya produk impor yang masuk. Menyadari hal tersebut sekarang seperti membuka kenangan lama ketika kita mengalami swasembada pangan di beberapa dekade sebelumnya. Revolusi hijau yang terjadi sekitar dekade 1950-1980an digaung-gaungkan akan menambah kesejahteraan para petani sepertinya tidak juga sesuai dengan kenyataan karena penguasaan alat-alat pertanian modern nyatanya hanya dimiliki kapitalis pemilik modal. 

Sektor pertanian semakin merana dengan permasalahan yang semakin kompleks karena keterbatasan lahan dan tenaga.

Pada akhirnya generasi muda sebagai pengemban peradaban harus berpikir keras untuk dapat merekondisi dan meningkatkan kualitas diri.

Terlepas dari permasalahan yang telah terjadi, beberapa penyebab sektor pertanian menjadi kurang diperhatikan dan diminati oleh generasi muda menurut Susilowati (2016) adalah sebagai berikut:

Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang lebih banyak disebabkan oleh kondisi internal individu atau sektor pertanian kurang memberikan daya tarik kepada tenaga kerja muda untuk berusaha di pertanian. Faktor-faktor tersebut antara lain

1. Rata-rata luas lahan sempit atau bahkan tidak memiliki lahan.

2. Sektor pertanian dipandang kurang memberikan prestise sosial, kotor, dan berisiko.

3. Mismatch antara kualitas pendidikan dan kesempatan kerja yang tersedia di desa, yang dicerminkan oleh semakin banyaknya pemuda di desa yang bersekolah ke jenjang pendidikan lebih tinggi sehingga makin selektif terhadap pekerjaan.

4. Anggapan pertanian berisiko tinggi, kurang memberikan jaminan tingkat, stabilitas, dan kontinyuitas pendapatan.

5. Tingkat upah dan pendapatan di pertanian rendah, terutama dengan status petani gurem.

6. Kesempatan kerja di desa kurang, diversifikasi usaha nonpertanian dan industri pertanian di desa kurang/tidak berkembang.

7. Suksesi pengelolaan usaha tani kepada anak rendah, yaitu kurang dari 40%, karena sebagian besar orang tua juga tidak menginginkan anak-anak mereka bekerja seperti mereka.

8. Belum ada kebijakan insentif khusus untuk petani muda/pemula.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal penyebab generasi muda lebih menyukai bekerja di sektor nonpertanian adalah:

1. Insentif bekerja di sektor nonpertanian (jasa dan industri) lebih tinggi.

2. Kota sebagai pusat pembangunan lebih menarik untuk didatangi karena ketersediaan sarana dan prasarana.

3. Arus urbanisasi dari lingkungan sekitar membuat pemuda lebih tertarik untuk mengikuti terutama dari orang-orang sukses setelah bekerja di kota.

Bagaimana seharusnya petani muda dalam menghadapi perkembangan dunia pertanian saat ini adalah sebagai berikut:

Mengubah Persepsi Generasi Muda

Persepsi berkaitan dengan kemampuan seseorang menangkap suatu fenomena tertentu. Persepsi hadir karena pengalaman individu terhadap suatu hal. Persepsi generasi muda yang awalnya menganggap pertanian sebagai pekerjaan yang kotor dan tidak menjanjikan harus diubah melalui pendidikan sejak dini dari orang tua. 

Bagi keluarga petani dapat dengan cara mengajarkan bahwa bertani merupakan pekerjaan yang mulia dan akan selalu dibutuhkan dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran pertanian selain harus dipelajari dengan pendidikan modern juga harus ada penerapan secara langsung melalui pertanian keluarga.

Pertanian sangat memerhatikan pengalaman petani dalam pengelolaan lahan pertanian terutama berkaitan dengan prediksi cuaca dan iklim.

Pengetahuan tentang pembacaan kondisi alam oleh para petani yang telah berlangsung sejak lama dapat dijadikan sebagai pedoman dalam bertani. Seperti pada masyarakat Jawa yang memiliki sistem kalender pertanian yang didapat dari pengalaman dan pembacaan pertanda alam di dalam sistem Pranata Mangsa.

Pranata Mangsa merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang perlu diperhatikan dan dilestarikan saat ini untuk meningkatkan kualitas pertanian lokal di Indonesia.

Perkiraan umur mangsa tersebut dapat dikombinasikan dengan penggunaan teknologi perkiraan cuaca pada saat ini agar dapat menentukan perkiraan dimulainya suatu pengelolaan pertanian sehingga didapat hasil yang maksimal dengan proses yang efisien dan efektif.

Pertanian Modern

Pertanian modern tidak hanya mengikuti kapitalis yang hanya mementingkan modal dan keuntungan tetapi juga keadilan dan keberlanjutan.

Pertanian dengan ideologi modern dan peralatan modern harus dibangun untuk meningkatkan keberlanjutan kehidupan manusia. Ideologi modern dalam bidang pertanian yang perlu dipahami adalah pertanian modern berkelanjutan. 

Pertanian modern berkelanjutan memerhatikan aspek keberlanjutan proses maupun produk pertanian. Keberlanjutan proses adalah pertanian dilakukan untuk mendukung kehidupan manusia dan menjaga kelestariannya untuk generasi yang akan datang.

Proses pertanian yang dilakukan adalah dengan memerhatikan kondisi lingkungan sekitar wilayah pertanian meliputi kelestarian tanah, air, udara, dan varietas tanaman pertanian itu sendiri. 

Kelestarian tanah dapat dilakukan dengan mengisi diri dengan pengetahuan tentang komposisi tanah (fisika, kimia, dan biologi) untuk menentukan kekurangan dan kelebihan yang dapat dimanfaatkan dalam tubuh tanah.

Kelestarian air berguna untuk mengetahui dan menjaga kualitas air agar tetap dapat dimanfaatkan oleh manusia meliputi kualitas fisik air maupun ketersediaan air. 

Kelestarian udara dalam pertanian sangat penting dilakukan untuk menjaga kondisi lingkungan pertanian sekaligus lingkungan hidup manusia. Kemudian menjaga kelestarian varietas tanaman agar vegetasi yang ada dapat dijaga dan ditingkatkan kualitasnya dengan teknologi modern seperti kawin silang dan sistem penanaman bersilang.

Keberlanjutan produk pertanian berhubungan dengan varietas tanaman. Tren penanaman tanaman pertanian sangat bergantung dengan permintaan pasar. Tanaman yang masih eksis dibudidayakan adalah tanaman yang dianggap masih diperlukan sebagai kebutuhan pokok. Bukan tidak mungkin, misalnya suatu saat nanti beras tidak lagi dijadikan makanan pokok di Indonesia. 

Peran petani muda dalam memikirkan dan mengembangkan produk pertanian unggul sangat diperlukan dan diharapkan karena memiliki tingkat intelektual dan pemikiran yang semakin maju.

Ditambah dengan digitalisasi peralatan teknologi dengan adanya robot dan berbagai hal yang memudahkan manusia hendaklah dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.

Kemudahan ini bukan malah menjadikan semakin malas tetapi menjadi semakin efektif dan efesiensi kerja. Semua itu dharapkan dapat mengatasi keterbatasan jumlah lahan.

Pemasaran menggunakan digitalisasi yang semakin berkembang menjadikan distribusi semakin mudah. Perkembangan jaringan transportasi juga mendukung distribusi barang hasil pertanian. Tinggal bagaimana pengemasan dan teknik pengiriman agar barang tetap dalam kondisi segar.

Meski diyakini bahwa permintaan akan produk pertanian tidak akan pernah berkurang malah semakin terus tumbuh untuk memenuhi perkembangan perkotaan dan penduduk yang semakin besar. 

Modernisasi pertanian berkelanjutan dengan kombinasi berbagai kearifan lokal merupakan solusi yang nyata dalam menghadapi era sekarang ini. Tinggal lagi kerjasama berbagai stakeholder dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.

Pertanian dapat tetap menjadi salah satu penopang ekonomi modern dengan cara menjadikan petani muda sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan dan pengembangan pertanian.

Petani muda dianggap memiliki pemikiran yang lebih maju dan mampu untuk menggabungkan penggunaan pengetahuan tradisional dan modern. 

Petani muda harus memiliki persepsi yang mantap di bidang pertanian agar dapat mempelajari sekaligus menyalurkan pertanian kepada generasi mendatang.

Petani muda juga terbuka dengan pengetahuan modern untuk meningkatkan keberlanjutan proses maupun produk pertanian. 

Teknologi geospasial yang dikuasai petani muda juga dapat membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian mulai dari perencanaan, pengambilan kebijakan, studi kelayakan pembangunan pertanian, dan evaluasi lainnya.

Perlu kerjasama semua pihak dalam mendampingi dan mewujudkan kejayaan petani muda Indonesia. Membuka ruang dan kesempatan bagi mereka tentu memerlukan waktu dan kesabaran yang tidak sedikit. Belum lagi pemangku kepentingan dan mafia yang terus membayangi harus segera dicarikan solusi terbaiknya.

"Nenek Moyangku Petani"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun