Musik dansa segera berakhir dan para tamu kembali ke meja.
    Mendadak seorang pengunjung naik ke podium dan menyambar mikrofon. Semua orang menoleh saat suaranya terdengar keras berbicara. Tamu itu sepertinya agak mabuk. Ia ngomong sekenanya.
    "Si Penembak Cepat. Ada yang tahu siapa dia?" Pria itu berdiri terhuyung - huyung. "Tidak ada? Aku tahu orangnya."
    Para hadirin menatap diam ke arah podium. Meski tahu pria itu mabuk, tak ada yang berpikir untuk menyeretnya turun. Orang - orang terlalu terpesona ketika nama Si Penembak Cepat disebut. Pemabuk itu lalu bersuara lagi.
    "Apa pendapat kalian tentangnya? Bukankah dia pahlawan sejati? Para elit yang hanya bisa bicara saat Nazi menyerbu negeri ini tak sebanding dengannya."
    Tentu saja ucapan itu menyinggung sejumlah tokoh dan pejabat yang hadir, termasuk Lord Cavanaugh. Sebuah ucapan yang melanggar nilai kesopanan.
    William beserta sejumlah anak buah Cavanaugh langsung bergerak ke podium. Namun Cavanaugh mencegahnya dengan melambaikan tangan.
    "Kami selalu berdiskusi demi negara ini, " Cavanaugh berkata, "anda mungkin tak sadar, politik lebih penting dalam menghadapi Nazi. Perkataan kami di parlemen lebih berpengaruh bagi masa depan Inggris daripada peluru Si Penembak Cepat. Dia hanya anak kemarin sore yang kebetulan populer."
    Terdengar suara bergumam disana - sini.
    Para tamu yang datang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka bergunjing mendengar pernyataan tak enak Lord Cavanaugh. Semua tidak setuju dengannya. Saat ini Si Penembak Cepat begitu harum di hati rakyat. Membuat mereka begitu sensitif. Sedikit saja ada orang menghinanya, publik tak akan suka.
    "Tenang, tenang semua." Seorang rekan politik Cavanaugh bersuara. "Apa kalian pikir pilot itu lebih patriot dari kami? Kami lebih lama berjuang demi Inggris. Seharusnya kalian lebih memilih kami daripada dia."