Mohon tunggu...
Luluk Marifa
Luluk Marifa Mohon Tunggu... Penulis - Read, read and read. than write, write and write.

Menulislah, hingga kau lupa caranya menyerah dan pasrah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rembulanpun Tersipu

5 Desember 2023   20:02 Diperbarui: 5 Desember 2023   20:17 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saking kagetnya, nyaris saja tubuh jatuh bededam ke air danau yang disiram cahaya senja.

"Ibumu menerima lamaran juragan Broto, gila yang benar saja."

"Itu pilihan yang terbaik, Han. Aku sudah lelah sekali melihat ibuku yang terus bekerja tanpa henti. Dipandang rendah karena janda. Jika beliau menolak lamaran juragan Broto hidupnya akan jauh lebih sengsara berkali-kali lipat. Hampir semua sektor pekerjaan penduduk desa ini adalah milik juragan Broto. Meski istri keempat, asal ibu bahagia, Han. Toh itu juga tak masalah dalam syariat, batasnya empat kan? Semoga ini adalah pernikahan yang terakhir untuk juragan Broto juga ibuku."

Aku menghembuskan nafas pelan, baiklah. Aku tak akan berkomentar soal pilihan Bik Halima. Mungkin ia telah memikirkan matang-matang sebelum menjatuhkan pilihan itu.

Bola jingga di ufuk sana semakin merona, Galih memandangnya takjub. Ia benar-benar amat menyukai senja. Baginya senja adalah keindahan yang tak terperi yang dihamparkan semesta untuk menghibur manusia dari peliknya hari yang di lalui.

"Setelah melihat kejadian-kajadian yang terjadi antara keluargamu dan juragan Broto apa kau masih menjadikannya panutan, Lih?" tanyaku saat menilik apa yang dilakukan juragan Broto hannya kamuflase belaka.

Galih mengangguk, matanya masih lurus menatap bola jingga senja di ujung sana.

"Serius?" tanyaku tak percaya, "Setelah kau tau semuanya ternyata ada udang di balik batu," cercaku.

Galih terlihat menarik nafas, lantas menoleh kearahku. Mata kami bersitatap sejenak.

"Manusia tak ada yang sempurna, Han. Jangan hanya berfokus pada kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan hingga kita tidak sama sekali melihat begitu banyak kebaikan yang telah mereka lakukan. Seperti Ustadz Salim misalnya, berapa banyak anak-anak yang dapat membaca Al-Qur'an dengan fasih lewat perantara beliau. Nenekmu, berapa banyak orang yang sembuh, berapa kelahiran yang telah dibantu olehnya. Juga juragan Broto, berapa banyak lapangan pekerjaan yang beliau sediakan untuk orang-orang desa. Mereka mengagumkan, Han. Panutan untuk mengajarkan ilmu, membantu orang dan menyediakan lapangan pekerjaan, mensejahterakan." Panjang lebar kali ini galih menjelaskan tentang pandangannya.

Aku bergeming, antara mendengarkan dan tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun