Mohon tunggu...
Lulita Oktavia Lukman Putri
Lulita Oktavia Lukman Putri Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Bandung

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gangguan Bipolar

24 Januari 2016   11:20 Diperbarui: 24 Januari 2016   12:58 1372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pernahkah kalian melihat seseorang yang memiliki emosi yang labil, dimana pada suatu waktu dia dapat merasa sangat bersemangat, banyak berbicara atau berbicara dengan cepat namun dibeberapa waktu kemudian dia dapat merasa sangat lelah, sulit konsentrasi, depresi atau bahkan mempunyai keinginan untuk bunuh diri? Jika iya, mungkin kalian sedang melihat seseorang yang memiliki gangguan bipolar. Lalu sebenarnya apakah bipolar itu?

Menurut DSM V, Bipolar disorder atau gangguan bipolar menggambarkan dua hal ekstrim yang berlawanan dimana orang yang memiliki gangguan mental ini akan memiliki dua episode hebat dari perasaan depresi diikuti dengan episode manic ( mania, yang artinya periode ekstrim atau sangat gembira). Dalam hal ini, jika seseorang yang memiliki gangguan bipolar sedang ada pada episode manik maka orang tersebut dapat pergi berbelanja semalaman atau akan bekerja pada waktu yang sangat lama atau bahkan pergi tanpa tidur selama beberapa hari. Namun ketika berada pada episode depresi, penderita akan merasa sangat sedih atau mungkin sampai putus asa. Gangguan ini termasuk penyakit otak yang menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak biasa pada suasana hati atau mood, energi, aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas harian pada seseorag. Perasaan mereka mudah naik dan turun secara berlebihan atau ekstrim bila dibandingkan manusia normal pada umumnya.

Gangguan ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam kehidupan sehari – hari seperti rusaknya hubungan dengan orang lain, perestasi belajar yang rendah, atau kinerja yang buruk hingga keinginan perilaku bunuh diri.

Ludwig van beethoven (komposer)

Elvis Presley (rocker)

Jim carrey (aktor dan komedian)

Ben Stiller (aktor dan sutradara)

Itulah beberapa tokoh terkenal yang mengalami gangguan bipolar. Untuk membahas mengenai gangguan bipolar mari kita ketahui ciri – ciri perilakunya. Menurut DSM V gangguan bipolar memiliki dua episode, yang pertama adalah episode manik, yaitu ditandai dengan:

- meningkatnya self esteem

- banyak berbicara

- penurunan kebutuhan untuk tidur

- fokusnya mudah teralihkan

- Impulsif

- Kepercayaan diri yang tidak realistis dengan kemampuannya

- Saat menyampaikan ide dapat tiba – tiba berganti topik pembahasan

Yang kedua adalah episode depresi, yaitu ditandai dengan :

- Perasaan depresi hampir setiap hari

- Berkurangnya minat atau kesenangan dalam hampir semua kegiatan

- Insomnia atau hipersomnia, hampir setiap hari

- Perasaan tidak berharga atau bersalah yang berlebihan atau tidak pantas, hampir setiap hari

- Berkurangnya berat badan secara signifikan ketika tidak diet, atau kenaikan berat badan lebih dari 5% dalam sebulan, atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari

- Agitasi psikomotor (bentuk gangguan yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan dan tak bertujuan atau kelelahan, biasanya dihubungkan dengan keadaan tegang dan kecemasan) atau retardasi hampir setiap hari

- Penurunan kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau keraguan, hampir setiap hari

Untuk mengetahui mengenai gangguan bipolar lebih lanjut, berikut ini adalah Teori menurut para ahli :

Pandangan Teori Psikologi Terhadap Gangguan Teori Psikoanalisis Freud (1917) mengajukan bahwa depresi bermula dari kemarahan yang tidak terkendali akibat pengabaian pada masa bayi karena ibu meninggal, terpisah secara emosional atau kealpaan lainnya. Kehilangan objek yang dicintainya itu mengakibatkan rasa tidak aman, kehampaan, kesedihan dan kemarahan. Kehilangan ini terjadi pada tahap oral perkembangan, ketika bayi yang penuh ketergantungan belum memiliki konsepsi tentang individuasi dari orang tua. Konflik ini menimbulkan situasi ikatan ganda bagi anak. Anak berespon pada sisi mencintai yang ditunjukan orang tuannya, tetapi tumbuh untuk membenci sisi mengendalikan pada orang tuanya.

Teori Kognitif Individu dalam keadaan manik seringkali memiliki pemikiran akan keyakinan dirinya yang berlebih, seperti dirinya merasa mampu melakukan berbagai hal. Teori Aaron Beck (1967a. 1967b, 1976) tentang penyebab depresi berkaitan dengan pikiran negatif individu yang depresi. Mereka memandang diri sendiri, dunia, dam masa depan mereka dalam bentuk kegagalan yang menyimpang, dengan secara berulang menginterpretasikan pengalaman sebagai hal yang sulit dan membebani serta menginterpretasi diri mereka sendiri sebagai orang yang tidak konsekuen dan tidak kompeten. Dalam studi mengenai faktor-faktor kognitif, gaya atribusional dan sikap disfungsional bersama dengan peristiwa negatif dalam hidup, memprediksi meningkatnya simtom-simtom depresi pada penderita bipolar (Reilly-Harrington dkk., 1999).

Teori Interpersonal Para individu yang depresi cenderung memiliki sedikit jaringan sosial dan menganggap jaringan sosial hanya memberikan sedikit dukungan. Berkurangnya dukungan sosial dapat melemahkan kemampuan individu untuk mengatasi berbagai peristiwa hidup yang negatif dan membuatnya rentan terhadap depresi. Kurangnya dukungan sosial tersebut disebabkan oleh fakta bahwa orang-orang yang depresi memicu reaksi negatif dari orang lain. Contohnya, orang-orang dapat menganggap hal-hal ini sebagai sesuatu yang menyebalkan: berbicara sangat lambat, banyak jeda ; jarang melakukan kontak mata ; lebih banyak ekspresi wajah yang negatif dibandingkan ekspresi wajah positif.

Menurut pandangan teori humanistic seseorang dapat menjadi depresi ketika mereka tidak dapat membuat makna keberadaan tentang hidupnya dan membuat pilihan untuk memenuhi tuntutan hidupnya. Seperti teori psikodinamika, teori humanistic juga berfokus pada kehilangannya self esteem yang dapat timbul ketika orang kehilangan temannnya, keluarganya atau pekerjaannya.

Konteks Biopsikososiokultural :

1. Faktor Biologis

a. Pengaruh Genetik

Menurut penelitian Refind Diagnostic Procedures menyatakan bahwa sekitar 8-9 % keturunan pertama yang memiliki hubungan saudara dengan orang yang mengalami bipolar dapat diperkirakan memiliki penyakit bipolar juga sebanyak 1 persen dari populasi umum.

b. Sistem Neurotransmitter

Hormon serotonin berfungsi untuk meregulasi reaksi emosi yang diikuti dengan hormone dopamine dan norepinefrin. Pada penderita bipolar terjadi kerusakan transmisi serotonin. Ketika depresi terjadi kekurangan serotonin. Sedangkan pada saat manic terjadi kelebihan serotonin.

c. Sistem Endokrin

Hypothalamic Pituitary Adrenocorticol (HPA) yang ada dalam otak berkoordinasi langsung dengan system endokrin menghasilkan hormone kortisol. Hormon kortisol merupakan hormon stress yang akan meningkat pada stressfull life event. Pada penderita depresi, terjadi kelebihan hormone kortisol.

 

2. Faktor Psikososial

a. Stresfull Life Event

Stressful life event berpengaruh penting pada munculnya gangguan bipolar.Suatu penelitian juga menemukan bahwa penderita yang mengalami pengalaman buruk rata-rata tiga kali lebih lama sembuh dari episode manik, episode depresi, atau episode campuran daripada mereka yang tidak mengalami pengalaman buruk. Bahkan pengalaman buruk kecil pundapat memperlambat waktu penyembuhan.

3. Faktor Sosiokultural

a. Marital Relationss

Konflik pernikahan memiliki dampak yang berbeda pada laki-laki dan perempuan. Laki-laki biasanya akan menolak atau menghancurkan hubungan. Tetapi pada perempuan, masalah dalam pernikahan akan menyebabkan depresi.

b. Social Support

Studi menunjukkan bahwa perempuan yang tidak memiliki teman akan mudah terkena depresi daripada perempuan yang memiliki teman. Pada beberapa studi, dukungan sosial, terutama dari keluarga akan mengembalikan sesorang dari keadaan depresi ataupun manik lebih cepat.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mencegah atau bahkan mengobati gangguan bipolar itu sendiri? Di bawah ini ada beberapa macam pencegahan yang dapat dilakukan:

1. Prevensi Primer

Merupakan upaya untuk menghilangkan kemungkinan munculnya gangguan dan mengembangkan kesehatan mental yang positif, adapun hal yang dapat dilakukan adalah dengan mencari informasi mengenai gangguan bipolar, hindari hal-hal yang membuat stress, menjaga pola hidup yang sehat, menjaga suasana hati atau mood.

2. Prevensi Sekunder

Merupakan upaya untuk mendeteksi dini dan treatment segera terhadap tingkahlaku yang mencirikan seseorang memiliki gangguan. Jika kamu merasa memiliki gangguan ini, segera berkonsultasi dengan psikolog dan dapatkan diagnosa juga penanganan yang tepat atau jka kamu mengenal orang dengan simptom atau ciri-ciri gangguan ini ajak orang tersebut untuk berkonsultasi dengan psikolog agar didiagnosa dan ditangani sedini mungkin.

3. Prevensi Tersier

Merupakan upaya untuk mengurangi konsekuensi jangka panjang gangguan atau masalah yang serius. Upaya ini ditujukan untuk mengurangi dampak gangguan dan mengembalikan individu agar mampu berfungsi secara normal, melalui upaya yang bersifat rehabilitatif. Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara:

-Penelitian membuktikan bahwa orang yang memiliki gangguan bipolar diberikan obat antidepressants. Beberapa obat yang dipakai berupa lithium dan valporate, obat tersebut digunakan untuk membuat mood pasien menjadi stabil kembali

Adapun treatment lain yang digunakan oleh para psikolog maupun psikiater ialah berupa psychosocial treatment yang diantaranya adalah:

· cognitive behavioral therapy, terapi ini membantu orang yang memiliki gangguan bipolar bleajr untuk mengubah pemikiran negatifnya dan tingkahlakunya yang berhubungan dengan penyakit tersebut.

· psychoeducation, yaitu mengajari orang yang memiliki gangguan bipolar tentang penyakitnya dan treatment itu sendiri, dan juga bagaimana menyadari tanda ketika penyakit tersebut kambuh sehingga dapat ditangani secepatnya sebelum penyakit tersebut bertambah parah.

· family therapy, Suatu pendekatan terapi yang disebut penanganan berfokus keluarga (FFT- Family Focused Treatment) merupakan terapi psikososial dengan waktu terbatas bagi pasien gangguan bipolar yang dirawat jalan dan keluarganya. Terapi tersebut menggunakan strategi untuk mengurangi tingkat stress dalam keluarga yang mungkin memengaruhi gangguan atau penyakit bipolar tersebut.

 

Daftar Pustaka :

American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition. DSM 5. United States : American Psychiatric

Butcher, J. N., Mineka, S., & Hooley, J. M., (2008) Abnormal Psychology : Core Concept. USA : Pearson Education, Inc.

Davison, G. C., Neale, J. M., Kring, A. M., (2006).Psikologi Abnormal . Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

Nevid, J. S.,Rathus, S. A., & Greene, B. (1994) Abnormal Psychology. New jersey : Upper saddle river

 

Lulita Oktavia Lukman Putri 10050012202

Nadhira Anjaina 10050013205

Kelas : E

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun