Pendapat ini didukung dengan adanya beberapa insiden seperti kekerasan pada pesepeda yang melintas saat ada kereta api lewat (photobombing) hingga penyerangan terhadap remaja yang menyebabkan patah tulang tahun lalu.
Tentunya, hal tersebut menjadi kekhawatiran tersendiri bagi beberapa kalangan penggemar kereta api lainnya. Kekhawatiran ini menyebabkan para penggemar kereta api ini harus siap dengan stigma masyarakat yang terlanjur terbentuk akibat perilaku negatif dari penggemar kereta api lainnya.
Seorang jurnalis perkeretaapian yang juga sempat bekerja di salah satu majalah kereta api terkenal di Jepang Jun Umehara menyebutkan alasan mengenai perilaku negatif toritetsu ini. Menurutnya, perilaku ini dikarenakan para toritetsu yang ingin mendapatkan momen foto terbaik.
Hal ini menurut saya masuk akal, mengingat saya juga adalah railfans yang juga menggemari bidang fotografi. Sebagai fotografer, saya juga akan berusaha untuk mendapatkan momen terbaik saat memotret kereta api. Ini menjadi sebuah kepuasan tersendiri bagi saya.
Faktor lainnya seperti berkurangnya jumlah kereta api yang pensiun dan pengembangan wilayah perkotaan menyebabkan berkurangnya ruang untuk menyalurkan hobi fotografi ini.Â
Momen foto yang dikumpulkan para toritetsu ini ibarat sebuah puzzle. Saat kereta api mencapai momen terakhirnya (pensiun) penggemarnya akan menangkap momen tersebut untuk melengkapi koleksi fotonya.
Sementara itu, faktor seperti pengembangan wilayah ini biasanya menghancurkan tempat-tempat pengambilan foto kereta api terbaik.Â
Toritetsu umumnya memiliki kekaguman terhadap foto kereta api yang mereka lihat di majalah kereta api saat kecil. Hal itu membuat mereka juga ingin melakukan hal yang sama ketika akan mengambil foto ketika sudah dewasa.
Beberapa foto biasanya menampilkan kereta api yang jelas tanpa hambatan seperti pohon, pagar, maupun penumpang.Â
Namun, hampir mustahil untuk mendapatkan foto seperti itu ketika para pengembang perumahan mengubah lanskap dari lokasi foto yang didapatkan oleh fotografer di majalah kereta api beberapa tahun sebelumnya.
Untuk mengatasi masalah dengan para toritetsu operator kereta api pada umumnya melakukan pengetatan keamanan di wilayahnya. Namun, hal ini dinilai tidak menyelesaikan permasalahan mulai dari akarnya.