Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Selain Buzzer, Ada 3 Pekerjaan "Bercuan" Menarik Mendekati Pemilu 2024

13 Februari 2022   19:23 Diperbarui: 14 Februari 2022   18:30 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilsstrasi: Seorang pemilih memasukkan surat suara ke dalam kotak di salah satu TPS. (Foto: KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN) 

Seorang politisi bisa saja turun langung membuat kelompok ini atau melalui orang-orang di sekitarnya. Walau kebanyakan adalah orang-orang bayaran di tingkatan politik nasional hingga daerah atau berdasarkan daerah-daerah pemilihan.

Kelompok ini biasanya kelihatan pada masa kampanye. Tiap-tiap politisi memiliki kelompok seperti ini, baik yang bersifat relawan maupun berbayar. 

Berbayar ini pun bisa dibedakan antara yang dibayar langsung atau dibayar di belakang ketika calonnya menang. Bayaran atau cuan dari calon yang menang tidak selalu berupa uang, namun juga bisa berbentuk jabatan-jabatan politik.

Bayaran mereka tidak hanya 50 ribu per hari, bahkan seorang kawan mendapat 200 ribu per hari ditambah transportasi bis menuju tempat demo. 

Kabarnya, mereka sering ditipu tidak disediakan bisa buat pulang, padahal sudah dijanjikan. Seperti pekerjaan lainnya, semakin tinggi jabatannya seperti koordinator demo, maka semakin banyak uang yang didapatnya.

Dalam sebuah gurauan politik, mereka ini sangat mendukung pemerintahan Jokowi. Alasannya adalah hanya di masa Jokowi ini, mereka bisa sering berdemo alias mendapatkan pekerjaan lebih seeing dan makin mahal plus dapat makan. Mereka sering disebut kelompok nasbung alias nasi bungkus.

3. Analis/pengamat politik

Pekerjaan ini tampaknya paling cocok bagi Kompasianer menjelang pemilihan umum 2024. Seperti ketiga pekerjaan lainnya, pekerjaan analis atau pengamat politik bisa merupakan pekerjaan lepas dan terikat kontrak. Sebagai pekerjaan lepas, seorang analis bisa mendapatkan banyak isu sebagai topik tulisan.

Karena sitatnya pekerja lepas, maka honor tulisan bisa saja lepas:) Apalagi kalau tulisan tidak dimuat di media Massa atau koran. Gegara judul tidak menggugah selera pembaca alias click bait, seorang Kompasianer gagal mendapatkan durian K-reward. Yang didapat cuma duri-nya...hehehe.

Sementara itu, pengamat yang dikontrak partai politik, politisi, atau orang kepercayaan mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Bisa saja terjadi honornya dikurangi komisi bagi pemberi pekerjaan itu. Setidaknya status kontrak lebih jelas honornya ketimbang yang analis lepas. 

Apalagi jika analisisnya bagus dan diminati publik, seorang analis mungkin tidak perlu menulis lagi. Setiap Hari analis politik bisa muncul setiap saat atau di jam tertentu menjelang pemilu atau pemilihan Presiden (Pilpres). Boleh percaya boleh tidak, bayaran kumulatifnya katanya seharga mobil Avanza...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun