Mohon tunggu...
Ludi Mauliana
Ludi Mauliana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Strive to be awesome

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopi Bukanlah Paksaan

1 Oktober 2016   12:23 Diperbarui: 1 Oktober 2016   12:29 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Nah, barusan semua keterpaksaan lu udah gue telan habis.” Yon berucap dengan bibirnya yang masih tampak basah gara-gara kopi tadi.

Tangannya bergerak. Lembut dia taruh di kedua sisi bahuku.

Yon berkata, “Jadi, apa kita bisa memulai kembali?”

Buru-buru aku beranjak. Toilet tujuanku. Namun kali ini tidak ada segelas kopi yang kubawa ke sana. Aku hanya butuh cermin di toilet untuk memastikan wajahku tidak berubah merah. Harus kuyakinkan pula bahwa senyum yang terkembang tiba-tiba ini bukan hasil dari keterpaksaan.

Kurasa memang bukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun