“Lalu mengapa kau datang kesini?.” Tanyaku lagi heran.
“Karena aku ingin memberitahumu tentang tuanmu ini. Dia sudah membuat aku bingung untuk menentukan.” Jawaban Maut terdengar aneh dan sulit kumengerti.
“Aku tidak mengerti maksudmu?.” Aku hanya terus bertanya. “Dan dia bukan tuanku.” Aku menambahkan.
“Tuanmu ini ingin melakukan bunuh diri, dia sudah merencanakan semuanya. Jelas dia melawan takdir.” Tetap saja Maut menyebut perempuan itu tuanku.
“Tapi dia kan belum mati?.”
“Itulah yang membuat semuanya menjadi rumit,” terasa sebuah keluhan dari kata-kata Maut tadi.
“Aku hanya menjemput orang-orang dari takdir mereka, sedangkan tuanmu ini memang menginginkan kematian dan malah sudah merencanakannya. Aku tidak berhak menjemputnya.”
“Apakah kau tahu kapan dia akan mati?.”
Maut menggeleng. “Seseorang yang melakukan bunuh diri tak bisa ditebak takdir kematiannya, semuanya akan menjadi kacau.”
“Lalu bagaimana kalau dia akan terus hidup setelah kejadian ini?.”
“Maka dia akan bunuh diri.” Jawab Maut dengan cepat.