Mohon tunggu...
Litteu Nur El Lailatie
Litteu Nur El Lailatie Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Belajar dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hibriditas pada Tokoh Hanafi dalam Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis

31 Desember 2024   08:33 Diperbarui: 31 Desember 2024   08:40 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sombong

Hanafi sangat menyombongkan tentang kepribadiannya yang mengerti dan dididik dengan cara Belanda. Dia menganggap segala hal yang berbau pribumi adalah kampungan.

"Ibu orang kampung dan perasaan Ibu kampung semua," demikian ia berkata, kalau ibunya mengembangkan permadani di beranda belakang, buat menanti tamu yang sesama tuanya. "Di rumah gedang, di Koto Anau, tentu boleh duduk menabur lantai sepenuh rumah, tapi di sini kita dalam kota, tamuku orang Belanda saja."

  • Berperangai kasar

Karena kesombongannya, Hanafi berlaku semena-mena dengan orang pribumi yang dianggap lebih rendah darinya.

"Hai, Buyung! Antarkan anak itu dahulu ke belakang!" kata Hanafi dengan suara bengis dari jauh.

  • Ambisius

Hanafi sangat berambisi dalam menggapai apa yang diinginkannya. Seperti menikahi Corrie dan persamaan status dengan Belanda. Segala hal ia lakukan, walaupun perbuatan itu tidak baik.

"Gaji permulaan hanya lebih sedikit dari di Solok, tapi harapan sangat besar, karena ananda sudah pula, memasukkan surat permohonan buat dipersamakan dengan bangsa Belanda."

  1. Tokoh Utama Tambahan

  1. Corrie

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun