Penelitian mengenai Salah Asuhan karya Abdoel Moeis pernah dilakukan oleh Yati Sugiarti dari FBS Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Diaspora dan Hibriditas dalam Roman Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis dan dalam Novel Keberangkatan Karya NH. Dini. Intisari dari penelitian ini, yaitu membahas tentang Diaspora dan Hibriditas pada tokoh Hanafi dalam Salah Asuhan dan Elisabet Frissart dalam Keberangkatan.Â
Penelitian lain, dilakukan oleh Wiyatmi, mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Konstruksi Nasionalisme dalam Novel-novel Indonesia Prakemerdekaan (Student Hidjo dan Salah Asuhan). Penelitian ini menjelaskan tentang novel yang menggambarkan konstruksi ideologi nasionalisme melawan kolonialisme pada era penjajahan Belanda.
Selain itu, penelitian tentang Salah Asuhan juga dilakukan oleh A.R. Puteri Nur Azizah, mahasiswi jurusan Sastra Daerah Minangkabau, Universitas Andalas. Makalah dengan judul Analisis Teori Poskolonial dalam Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis menguraikan tentang penerapan teori postkolonial dengan konsep mimikri pada novel Salah Asuhan.
BIOGRAFI ABDOEL MOEIS
Abdoel Moeis lahir tanggal 3 Juni 1883 di Bukittingi, Sumatera Barat. Beliau adalah putra dari Datuk Tumenggung Lareh, Sungai Puar. Layaknya orang-orang Minangkabau lainnya, sejak remaja Abdoel Moeis merantau ke Pulau Jawa hingga tutup usia di Bandung pada 17 Juni 1959 dalam usia 76 tahun. Abdoel Moeis hanyalah lulusan Sekolah Eropa Rendah (Eur Lagere School: ELS). Ia sempat menempuh pendidikan di Stovia pada tahun 1900 -- 1902. Namun, karena sakit yang dideritanya, ia terpaksa keluar dari sekolah kedokteran tersebut. Tahun 1917 ia sempat melawat ke Negeri Belanda untuk belajar. Karena kemampuan berbahasa Belandanya yang bagus, Abdoel Moeis diangkat menjadi kierk di Departement van Onderwijs en Eredienst. Namun, ia keluar tahun 1905 karena tidak betah dengan sikap pegawai-pegawai Belanda lainnya.
Sekeluarnya dari  Departement van Onderwijs en Eredienst, Abdoel Moeis menjadi anggota dewan redaksi majalah Bintang Hindia, sebuah majalah yang banyak membuat berita politik, di Bandung. Keluar karena mengalami perseteruan, Abdoel Moeis melanjutkan ke Bandungsche Adeelingsbank sebagai mantra lumbung. Lalu, kembali menekuni dunia jurnalistik sebagai korektor di De Prianger Bode, sebuah surat kabar harian Belanda. Selain bidang jurnalistik, Abdoel Moeis juga merambah ke bidang politik. Ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI) dan dipercaya untuk memimpin Kaum Muda, surat kabar milik SI, bersama A.H. Wignyadisastra. Dia juga menjadi salah satu pendidi Komite Bumi Putra. Tahun 1918, Abdoel Moeis menjadi anggota dewan Volksraad (Dewan Rakyat Jajahan).Â
Perjuangan Abdoel Moeis tidak berhenti hanya sampai di situ. Bersama tokoh lainnya, ia berjuang melawan penjajahan Belanda. Ia memimpin anak buahnya yang tergabung dalam PPPB (Perkumpulan Pengawal Pegadaian Bumiputra) mengadakan pemogokan di Yogyakarta tahun 1922. Setahun kemudia ia memimpin gerakan memprotes landrentestelsel (Undang-Undang Pengawasan Tanah) yang diberlakukan Belanda di Sumatra Barat. Selain itu ia juga memimpin harian Utusan Melayu  dan Perobahan. Melalui kedua surat kabar itu, Abdoel Moeis terus melancarkan perjuangannya. Pemerintah Belanda menganggap tindakan Abdoel Moeis mengganggu ketentraman. Akibatnya, ia tak diperkenankan meninggalkan Pulau Jawa. ia kemudia mendirikan harian Kaum Kita di Bandung, dan Mimbar Rakyat di Garut. Kemudian, pada tahun1932 ia diangkat menjadi Regentschapsraad Gontroleur.Â
Bakat kepengarannya sesungguhnya baru terlihat ketika dia bekerja sebagai jurnalis di harian Kaum Muda. Dengan menggunakan inisial A.M. ia menulis apa saja. Novel Robert Anak Surapati yang terbit pertama kali di Balai Pustaka tahun 1953 merupakan potongan yang terserak dari novel sebelumnya, Surapati (Balai Pustaka, 1950). Sebelumnya, Abdoel Moeis telah menerbitkan roman Salah Asuhan (Balai Pustaka, 1928), dan Pertemuan Jodoh (Balai Pustaka, 1933). Selain itu, Abdoel Moeis banyak menerjemahkan karya sastra dari penulis-penulis Barat seperti Tom Sawyer Anak Amerika (karya Mark Twain, 1928), Don Kisot (karya Cerpantes, 1923), Sebatang Kara (karya Hector Melot, 1932). Tanah Airku (karya C. Swaan Koopman, 1950).
SINOPSIS SALAH ASUHAN
Seorang Bumiputra asal tanah Minang, Hanafi, jatuh cinta pada seorang gadis keturunan Belanda, yaitu Corrie du Bussee. Walaupun Hanafi adalah Bumiputra, karena sudah dididik dengan cara Belanda sedari kecil, menjadikan jiwa Hanafi lebih condong ke Barat. Sikap pro Barat tersebut bertolak belakang dengan latar belakang keluarga Hanafi yang masih memegang teguh adat Minang. Dengan dalih membayar hutang budi, Hanafi akhirnya menikah dengan Rapiah, yang masih mempunyai ikatan keluarga dengannya. Namun, hati Hanafi masih mencintai Corrie, walaupun Corrie sudah menolaknya dengan alasan perbedaan antara Timur dan Barat. Segala hal ia lakukan demi menjadi sosok Belanda yang diakui oleh masyarakat dan agar Corrie mau hidup bersama dengannya, walaupun itu artinya Hanafi harus meninggalkan identitasnya sebagai seorang Bumiputra.
ANALISIS STRUKTUR