Mohon tunggu...
Litteu Nur El Lailatie
Litteu Nur El Lailatie Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Belajar dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Intertekstualitas Sepotong Senja untuk Pacarku dan Perkara Mengirim Senja serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra

5 Oktober 2024   00:39 Diperbarui: 5 Oktober 2024   00:41 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Sastra bukan hanya membahas tentang persoalan serius, tetapi juga merambah ke masalah percintaaan sederhana namun penuh makna ala remaja. Saat ini, banyak sastrawan yang sekarang menjadi idola, karena karya-karyanya yang memang pantas untuk dipuja. Banyak penulis-penulis muda yang terinspirasi oleh karya para sastrawan, yang kemudian dijadikan bahan dasar untuk menulis gagasan mereka. Semakin banyak penulis yang dipengaruhi oleh penulis-penulis sebelumnya, maka semakin berkembang fenomena intertekstual di dunia sastra Indonesia. Entah itu merasa terpengaruhi, ingin mengikuti atau menoleh suatu konvensi, dan lainnya menjadi hal yang membuat perkembangan sastra di Indonesia semakin ke arah yang lebih kreatif dan inovatif.

Memiliki profesi sebagai penulis, wartawan, dan pekerja teater, nama Seno Gumira Ajidaram sangat layak menjadi inspirasi bagi yang lainnya. Namanya melambung berkat karya-karyanya yang sering menggunakan jurus-jurus posmodernisme, penggunaan metanarasi, abusrditas dalam penokohan, dan kedekatan dengan budaya modern. Seno juga sering membaurkan batas antara fiksi dan fakta, seperti yang dapat dilihat dalam cerpen-cerpennya. Pramoedya Ananta Toer menyebutkan bahwa Seno Gumira Ajidarma adalah penulis Indonesia kontemporer yang paling layak untuk diapresiasi. Seno mempunyai ciri khas, yaitu berani dalam menyuarakan apa yang menurutnya salah dan sedang terjadi di sekitar, seperti memberitakan secara gamblang tentang pembantaian rakyat Timor Timur oleh tentara Indonesia di kompleks pemakaman Santa Cruz, Dili. Tindakannya membuat ia dibebastugaskan dari jabatannya sebagai wakil pemimpin redaksi majalah Jakarta Jakarta. Hal itu membuat Seno akhirnya melawan melalui sastra, sesuai dengan kredo "ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara".

Seno sendiri sebenarnya lebih suka menulis tentang sesuatu yang berkaitan dengan senja, cinta, yang tetap menyimpak kritik sosial. Dia "terpaksa" menulis tentang hal-hal berbau penindasan hanya karena merasa punya tanggung jawab moral sebagai seorang penulis yang harus melek tentang keadaan di sekitarnya. Hal itu membuat karya-karya Seno yang berbau "senja" dan "cinta" memiliki karakteristik sendiri. Banyak pembaca Seno yang merasa, bahwa Seno sangatlah puitis dan romantis. Hal ini membuat Seno menjadi tokoh sastrawan inspiratif yang menjadi inspirasi bagi penulis-penulis lainnya yang juga ingin menciptakan keromantisannya sendiri dalam karya mereka. Semakin banyak penulis lain yang ingin memiliki "senja" sendiri dengan cara mengambil gagasan-gagasan "senja" Seno Gumira Ajidarma.

Karya Seno antara lain berbentuk kumpulan puisi, cerpen, novel, dan esai. Kumpulan puisi; Catatan-catatan Mira Sato Mati Mati Mati, Bayi Mati. Kumpulan cerpen yang banyak diminati seperti; Sepotong Senja Untuk Pacarku Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, Dunia Sukab, Negeri Kabut, dan lainnya. Kumpulan naskah drama Mengapa Kau Culik Anak Kami. Novel, seperti, Jazz, Parfum, dan Insiden, Biola Tak Berdawai, dan lainnya. Karya esai Seno Gumira Ajidarma contohnya seperti Kisah Mata Fotografi Antara Dua Subjek: Perbincangan Tentang Ada, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara, dan lainnya.

Karya-karya fenomenal Seno Gumira Ajidarma banyak memberikan pengaruh kepada penulis-penulis lainnya, sebagai landasan dalam mencari ide dan gagasan saat proses penulisan karya mereka, salah satunya yaitu penulis Jia Effendie. Dikenal sebagai seorang penulis sekaligus editor, Jia Effendie telah menerbitkan Nyonya Perca (2008), Ya Lyublyu Tebya (2010). Selain itu, dia juga menjadi kontributor dalam kumpulan cerpen Be Strong Indonesia (2010), Empat Elemen (2011), Cerita Sahabat (2011), Kaki Mimpi (2012), dan lainnya.

Jia Effendia bersama dengan penulis lainnya membuat kumpulan cerpen yang memang dipersembahkan untuk Seno Gumira Ajidarma, berjudul Perkara Mengirim Senja. Cerpen yang dibuat oleh Jia Effendie dengan judul yang sama dengan judul buku tersebut, didekasikan dengan cara mengambil gagasan-gagasan yang ada dalam cerpen Seno Gumira Ajidarma yang berjudul Sepotong Senja untuk Pacarku. Hal ini menegaskan bahwa karya sastra seseorang bisa menjadi landasan terbentuknya karya sastra yang baru.

Sastra juga memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran sastra akan memberikan siswa wawasan dalam pembuatan karya sastra, yang nantinya membantu perkembangan sastra di Indonesia. Salah satu materi yang bisa mendorong berkembangnya sastra di Indonesia, yaitu materi menulis cerpen. Guru perlu mengajari siswa berupa keterampilan untuk memahami dan menganalisis cerita pendek sehingga mereka dapat menghargainya. Mengapresiasi karya sastra tidak hanya diperlukan untuk penghayatan dan pemahaman, tetapi juga memiliki efek mengasah pemikiran dan sensibilitas.

Merujuk pada berbagai masalah di atas, maka penulis akan meneliti suatu masalah dengan judul Intertextuality of Sepotong Senja untuk Pacarku and Perkara Mengirim Senja and the Implications for Literature Learning.

Penelitian tentang kajian intertekstual memang sudah banyak dilakukan, khususnya di Indonesia. Penelitian relevan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Intertekstual Cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma dengan Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar yang ditulis oleh Ricky Daliuwa sebagai skripsi Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2016. Tujuan penelitian ini untuk melihat persamaan dan perbedaan makna dan isi antara cerpen dan puisi tersebut. Ricky Daliuwa menggunakan cerpen dan puisi, sedangkan penelitian ini menggunakan bentuk karya yang sama, yaitu cerpen. Selain itu, hal yang ditekankan pada penelitian ini, yaitu bahwa Jia Effendie secara terang-terangan memperlihatkan bahwa cerpennya memang terinspirasi dari cerpen Seno, sehingga karya sastra buatannya didedikasikan untuk Seno Gumira Ajidarma dengan mengambil gagasan-gagasan yang ada pada cerita pendek milik Seno ke dalam karya pribadinya, yaitu Perkara Mengirim Senja.

Cerpen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun