Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Jia Effendie memang sengaja memasukkan kutipan tentang penggambaran senja dari cerpen Seno Gumira, karena Jia Effendie membawa-bawa tokoh Sukab dan Alina yang menjadi tokoh dalam cerita Seno Gumira Ajidarma. Penggambaran ini menunjukkan bahwa ide memotong senja memang terinspirasi dari cerpen tersebut.
Selain itu, persamaan tokoh utama memilih senja, karena di perkotaan di mana orang-orang lebih sibuk dengan pekerjaan dibandingan sesuatu yang menjadi hiburan untuk melepas penat, senja di pantai menjadi diacuhkan. Oleh karena itu, sepotong senja sangatlah berharga bagi orang-orang yang ingin liburan.
"....Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagipula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam." (Sepotong Senja untuk Pacarku, h. 8).
"Produk ini muncul setelah dipandang penting bagi manusia-manusia perkotaan seperti kita untuk berlibur tanpa perlu beranjak dari meja kerja! Ini adalah produk unggulan." (Perkara Mengirim Senja, h. 16).
Selain itu, ada pula penceritaan di mana sang perempuan yang menjadi tokoh utama di Perkara Mengirim Senja menceritakan cerita tentang Sukab yang mencuri senja untuk Alina kepada laki-laki yang dia tawarkan senja.
"Produk ini berawal dari sepotong senja yang dicuri seorang pemuda untuk pacarnya. Karena kebodohan, dia menjadi buronan polisi. Karena dia mengerat senja itu untuk urusan-urusan romantik. Anda tahu, cinta dan romantisme itu omong kosong." (Perkara Mengirim Senja, h. 17).
Dari kutipan tersebut, dapat dilihat bahwa ide memotong senja adalah ide yang diambil dari gagasan Seno Gumira dalam cerpennya.
Selanjutnya, yaitu perbedaan gagasan dua cerpen bertema senja tersebut. Dilihat dari tokoh, dalam cerpen Seno yang menjadi tokoh utama yaitu seorang laki-laki, sedangkan dalam cerpen Jia yang menjadi tokoh utama yaitu seorang perempuan. Kemudian, masalah yang muncul dalam cerpen juga berbeda. Pada cerpen Seno Gumira Ajidarma, konfllik muncul saat tokoh utama menjadi buronan atas perbuatannya menjadi pencuri senja, sedangkan pada Perkara Mengirim Senja, konflik yang muncul saat ada seorang laki-laki mendapat tawaran senja dari seorang perempuan, yang ternyata adalah orang yang menyukainya. Nasib dari kedua tokoh juga berbeda, yang mana tokoh utama dalam cerita Sepotong Senja untuk Pacarku, memiliki kekasih bernama Alina. Sedangkan tokoh utama pada cerita Perkara Mengirim Senja, tidak memiliki kekasih, tetapi dia menyukai seorang laki-laki dalam jangka waktu yang lama dan laki-laki tersebut sudah memiliki kekasih.
Dan perbedaan selanjutnya terdapat pada tahap penyelesaian. Pada cerita Sepotong Senja untuk Pacarku, tahap penyelesaian ditutup dengan tokoh utama, yaitu Sukab mengganti potongan senja yang dicuri dengan potongan senja yang dia ambil dari gorong-gorong, sedangkan potongan senja asli tetap ia simpan untuk dikirim ke pacarnya, Alina. Di cerpen Perkara Mengirim Senja, penonton dibiarkan untuk berimajinasi tentang apa yang terjadi, karena tahap penyelesaian hanya digambarkan dengan si laki-laki yang menerima paket senja dan melihat bahwa perempuan si penjual senja dan kekasihnya sedang berpelukan sambil menangis.
"....Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja di atas bumi yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya." (Sepotong Senja untuk Pacarku, h, 14).
"Di senja yang manis dan memancang mata itu, saya melihat perempuan penjual senja menangis. Saya juga melihat kekasih saya. Keduanya sedang berpeluk-pelukan sambil menangis." (Perkara Mengirim Senja, h. 22).