Mohon tunggu...
Cerpen

Kau-Tahu-Siapa

22 Februari 2016   16:06 Diperbarui: 22 Februari 2016   18:16 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aiko memang orang yang cukup polos, ingin sesekali aku mencubit kedua pipinya yang seperti kue bakpao dan matanya yang biru bening keturunan ayahnya yang berasal dari benua Eropa karena pembicaraannya yang kadang terlewat batas wajar.Tetapi meskipun begitu, ia tetap terlihat sangat cantik setiap saat, apapun yang ia kenakan pasti cocok.

Segera aku beranjak dari tempat kuberdiri sebelumnya, kulangkahkan kakiku menuju meja kerja kayu belapiskan cat warna cokelat yang terletak di pojok sebelah kanan ruangan berbentuk balok ini. Kuletakkan barang-barang yang kubawa di atas meja. Sambil menyalakan komputer di depanku, aku mulai duduk di kursi putar nan empuk kesukaanku dan membuka-buka tugas dari atasan baru yang dibicarakan Aiko panjang lebar tadi. Tugas ini ternyata tidak sedikit, ada sekitar 15 cm tumpukan kertas yang entah apa saja isinya.

Mulai kukerjakan satu-persatu sambil sesekali meneguk air mineral dalam cangkir pasangan istimewa yang telah kuambil sebelumnya. Cangkir berwarna kuning dengan bentuk anak bebek yang sama persis dengan cangkir sahabatku. Deg. Muncul nama itu lagi, Haruka. Gambaran menemukan jasad mungilnya di belakang kantor ini muncul kembali, polisi mengatakan Haruka bunuh diri dengan cara lompat dari lantai 7 tempat kantor kami berada. Aku masih tidak percaya, tidak mungkin Haruka yang seriang itu tega mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara ini. Aku masih ingin mencari tahu, jiwa detektifku berteriak-teriak ingin bertindak. Kurasa Haruka menjadi korban pembunuhan, telaahku sementara. Kegiatanku terhenti untuk sejenak. Tak terasa air mataku tumpah seketika ketika melirik meja kerja miliknya yang terletak tepat di sebelah kiri meja kerjaku. Semuanya masih sama, masih serapi biasanya. Tetapi ada satu hal terpenting yang hilang. Pemilik senyum manis itu, hilang untuk selama-lamanya.

Semua itu bermula 4 hari yang lalu, ada keanehan yang kurasakan padanya. Senyumnya hari itu seketika menghilang, suhu tubuhnya menurun, wajahnya pucat pasi seperti baru saja melihat hantu, padahal hari baru saja menunjukkan pukul 8 pagi.

“Kamu tidak apa-apa Haruka? Kamu terlihat sakit. Perlu kuantarkan ke klinik kantor?”

“Ahh tidak apa-apa Keiko. Aku baik-baik saja”

“Aku tidak yakin, ayo ceritalah apa yang terjadi, kamu tidak seperti biasanya.”

“Oke, jadi begini aku akan bercerita tapi berjanjilah simpan rahasia ini. Pagi ini aku menemukan kotak di depan rumahku, kotak itu berisi boneka anak perempuan yang terlihat habis digigit anjing dan kepalanya putus. Ada sepucuk surat yang terselip di dalam kotak itu”.

Haruka menyerahkan selembar kertas dengan goresan-goresan merah yang kuterjemahkan sebagai darah menjadi ‘hiasan’nya.

‘Kepada Haruka yang cerdik

Aku tahu kamu ada di saat itu, bisakah kamu memendamnya dalam-dalam? Atau kamu ingin bergabung dengan boneka cantik ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun