Semua serba terintegrasi, terkoneksi, dan tersistem. Akhirnya kami mendapatkan tiket bus dari Butterworh (Penang Sentral) menuju terminal bus di Kuala Lumpur (KL Sentral) dengan tiket seharga RM33/orang.
Saat di Penang Sentral itu masih pukul 16.30, sedangkan keberangkatan bus kami pukul 22.59 dan boarding 30 menit sebelumnya. Lalu kami sepakat menyewa dua Locker penitipan barang seharga masing-masing RM10 untuk menampung 4 backpack. Locker tersebut hanya bisa dibuka dengan menggunakan scan wajah penyewanya masing-masing. (Dijamin tidak akan tertukar, hehehe..)
Ungkapan: Menunggu adalah pekerjaan yang membosankan, tidak berlaku bagi kami karena setiap momen yang kami lalui adalah bagian dari perjalanan yang bisa memberi kenangan dan pelajaran berharga. Kami memanfaatkan waktu untuk jalan di kawasan Penang Sentral.Â
Kami duduk-duduk di anjung restoran yang terbuka menghadap ke pelabuhan dengan laut yang berbatasan langsung dengan bukit, dalam suasana senja yang indah. Sambil makan dan minum teh-o kami bisa menikmati matahari dengan semburat warna jingga membias mega lalu terbenam di balik bukit.
Usai alat di surau Penang Sentral, kami melanjutkan jalan-jalan sambil berliterasi dengan memanfaatkan papan informasi layar sentuh yang bisa diakses sebagai fasilitas informasi.Â
Aras 1 (lantai 1): tempat bus, Aras 2 dan 3: Mall,tempat ibadah, restoran, money changer, perkantoran, kesehatan, dll. Akhirnya menit-menit menjelang boarding telah menjelang, gate dibuka on time sesuai dengan jadwal. Kami menuruni eskalator menuju Aras 1 dengan memperhatikan hal-hal berikut: Trip No: KPB-20 di Gate No: 7. Bus ekspres yang kami tumpangi keren dan mewah dengan formasi kursi 1-2.
Selain itu, bus juga berangkat on time walaupun penumpang hanya sedikit. Bismillah, kami berangkat menuju Kuala Lumpur tidur di dalam bus. (Jadi, doa bepergian dikombinasi dengan doa hendak tidur, hehehe...).Â
Hampir pukul 12 malam, bus melaju dari Penang Sentral menuju KL Sentral dengan kecepatan tinggi. Empat jam dengan kondisi mengantuk sampai tertidur pulas telah kami lewatkan. Sampai terdengar beberapa kali sopir menyerukan "KL Sentral". Standar waktu yang seharusnya ditempuh 5 jam belum terpenuhi. Kami mengira belum sampai tujuan.
Sampai pada 30 menit kemudian, bus berhenti di Terminal Bersepadu Selatan. Ternyata kami kebablasan. Di terminal ini kami turun sambil observasi untuk menentukan langkah selanjutnya.
Sabtu, 9 Maret 2019
Pukul 04.30 kami memasuki Terminal Bersepadu Selatan. Woooowww.... keren sekali, besar, megah dan modern. Terminal Bersepadu Selatan (TBS) ini disebut juga Bandar Tasik Selatan (BTS), merupakan terminal termegah se Asia Tenggara pada saat dibangun 7 tahun yang lalu.Â