Sinar matahari masih sangat terang saat itu walaupun jam sudah menunjukkan pukul 17.30 waktu setempat. Memang waktu hanya selisih 1 jam lebih awal namun matahari tenggelam lebih lambat sehingga berpengaruh terhadap masuknya waktu salat. Kami berjalan menyusuri Jalan Sultan Ahmad Shah, belok kiri keJalan Larut, belok kiri ke Jalan Hutton, dan belok kiri lagi ke Lorong Argyll.
Kami kembali ke hotel saat terdengar kumandang azan salat maghrib tepat pukul 19.32 waktu setempat. Penang memiliki jalan-jalan yang lebar, rambu jalan yang cukup, serta pengendara yang tertib dan toleran, namun demikian kita harus tetap berhati-hati sebagai pengguna jalan. Amanat: Pejalan kaki perlu memperhatikan rambu-rambu dan tidak menyeberang sembarangan demi keselamatan dan keamanan dalam perjalanan.
Setelah salat maghrib dan makan malam, kami melanjutkan jalan kaki menikmati suasana Penang di malam hari. Belanja jajanan, kopi, dll di Happy Mart. Lanjut menyusuri Jalan Sri Bahari dan tidak lupa cekrak-cekrek lukisan mural di tembok-tembok jalan, di antara bangunan heritage yang diperuntukkan sebagai restoran-restoran oriental.
Kami sempat juga kongkow sebentar di kursi tepi jalan bak musafir yang sedang istirahat dari kelana. Waktu sudah larut malam, kami menempuh jalan kembali ke hotel lewat Jalan Penang. Ujung Jalan Penang bertemu/berpotongan (membentuk huruf T) dengan Jalan Sultan Ahmad Shah, belok kiri melintasi perkuburan umum, dan belok kiri lagi.
Akhirnya, sampailah kembali di Jalan Transfer letak hotel Regal Malaysia tempat kami menginap. Ohya, hotel ini ternyata sedang dalam perbaikan namun tidak dijelaskan saat kami booking online. Tamu hotel hanya beberapa bahkan kami tidak pernah bertemu atau bersimpangan jalan di hotel.
Jumat, 8 Maret 2019
Ini hari kedua di Penang. Saat makan pagi, hanya beberapa orang dewasa yang berada di restoran hotel. Â Kami berempat secara kompak saling bertanya, "Kok gak ono uwong yo? Lha arek-arek cilik sing guyon depan kamar tadi malam siapa?" Â Jadi begini, Â sepulang "city tour" semalam kami masuk hotel sudah hampir pukul 12.00.
Di dalam kamar tetangga terdengar suara anak-anak kecil sedang bergurau ramai dan tertawa-tawa, tetapi sampai esok pagi tak seorang pun kami temui, tak lagi ada suara anak-anak. (Mungkin penghuni kamar sedang tidur kali yaa). Setelah semua urusan selesai, kami bersiap sebagai "Infanteri" lagi, pasukan jalan kaki bergerak menuju ke halte bus Rapid Penang di Komtar. Kami memakai kaus Roadtrip Indonesia dari sahabat saya Bang Denny Hendrawan Piliang.
Di halte itulah bus kode 204 tujuan Bukit Bendera (Penang Hill) sudah ditunggu banyak orang. Namun kurang beberapa meter kami datang, bus sudah berangkat jadi harus menunggu bus berikutnya. Karena kurang sabar menunggu bus (walaupun sebenarnya hanya sekitar 10 menit), kami pesan grab. Baru saja aplikasi pemesanan grab di-OK, eh bus Rapid 204 datang, berhenti sebentar hanya untuk menurunkan dan menaikkan penumpang, bus langsung berangkat. Sedangkan kami masih menunggu grab datang. Amanat: Kadang keberhasilan itu sudah sangat dekat, namun manusia telah berputus asa lebih dahulu, maka bersabarlah...
Grab datang. Kami berangkat menuju Bukit Bendera. Ongkos grab dari Komtar ke stasiun Bukit Bendera RM10. Bukit Bendera terletak di Jalan Lintang, kota Air Itam/Ayer Itam (Penamaan yang tidak konsisten, termasuk Penang dan Pinang). Tiket masuk ke Bukit Bendera RM30 PP per orang dewasa normal (Harga khusus berlaku untuk anak-anak dan manula, bahkan orang berkebutuhan khusus free ticket). Harga tiket tersebut termasuk fasilitas kereta railway/funicular menuju ke puncak bukit.
Jaringan rel keretapi di Bukit Bendera dibangun oleh pemerintah Kolonial Britania/Inggris tahun 1906, dengan jalur yang sangat tajam baik naik maupun saat turun.Â