Mohon tunggu...
Lilis Indrawati
Lilis Indrawati Mohon Tunggu... Guru -

Guru SMA\r\ndi Kota Malang

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Trip ke Penang ala Backpacker

18 Maret 2019   13:36 Diperbarui: 19 Maret 2019   11:47 4777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konon, pada zaman penjajahan Inggris di Penang, Bukit Bendera itu menjadi tempat peristirahatan kaum kolonial karena udara yang sejuk dan pemandangannya indah. Tips: Agar bisa menikmati pemandangan lepas dan bisa mendapatkan objek foto yang keren, harus memilih tempat paling atas saat naik, dan paling bawah saat turun.

Peringatan yang berkesan di Bukit Bendera adalah tulisan dalam bahasa Melayu lengkap dengan terjemahan Inggris dan Mandarin yang dicetak dengan huruf kapital dan diakhiri tanda seru: "BEG TANPA PENGAWASAN AKAN DIAMBIL DAN DIMUSNAHKAN!". Itu menjadi candaan di antara kami yang kadang meletakkan backpak di lantai. Amanat: Berhati-hatilah di mana pun berada dan jangan ceroboh terhadap barang bawaan, terutama paspor.

Dari Bukit Bendera, kami lanjutkan ke Kek Lok Si (secara leksikal, Kek Lok Si bermakna "Kebahagiaan Tertinggi"). Perjalanan hanya memerlukan waktu tempuh 7 menit dari stasiun Bukit Bendera dan turun di halaman kuil dengan ongkos RM7 naik grab. 

Dari sopir grab inilah kami sering bertanya dan mendapat pelajaran bahasa tentang perbedaan kata Lebuh, Jalan, dan Lorong. Lebuh adalah jalan raya, Jalan lebih kecil dari pada Lebuh, sedangngkan Lorong itu semacam gang namun tetap lebar, ramai, dan bisa simpangan mobil juga. Kek Lok Si temple merupakan kuil Buddha terbesar di Asia Tenggara yang telah berumur seabad lebih.

Kuil yang penuh dengan ornamen-ornamen memukau, bercorak khas Tionghoa itu, dibangun pada tahun 1905 di Bukit Paya Terubong. Lokasinya tidak jauh dari pasar yang menjual beraneka barang dagangan dan makanan, namanya Pasar Awam Air Itam yang terletak di Jalan Pasar, Kampung Baharu, Air Itam. Kami hanya mampir sebentar di sini karena tidak punya kepentingan yang berkaitan dengan fungsi kuil tersebut sebagai tempat ibadah pemeluk agama Budha, namun cukup menambah khasanah kesejarahan yang luar biasa.

Suhu di tempat ini relatif panas, sekitar 35 derajad, akan tetapi sinar matahari yang memancar sangat terik itu tidak begitu menyengat kulit. Sambil menunggu grab datang, semua duduk-duduk di depan kuil dengan pemandangan Bukit Bendera di kejauhan sambil memikirkan sesuatu yang baru saja kami diskusikan di area kuil.

Grab datang. Kami langsung berangkat menuju mall Penang Times Square. Ongkos grab dari kuil Kek Lok Si ke Penang Times Square RM13 dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Mendekati Times Square, kami melintasi jalan yang bertuliskan "Kampung Jawa Baru". 

Di situlah letak kantor GERAH (Gerakan Revolusi Anti Rasuah), sebuah lembaga yang memerangi suap di Malaysia. Tidak jauh dari tempat itu ada lagi jalan yang bertuliskan "Kampung Jawa Lama". Kata sopir grab, zaman dahulu wilayah itu banyak dihuni oleh penduduk keturunan suku Jawa, Indonesia. Bahkan ada juga hotel yang bernama "Jawi Peranakan", nama yang lucu menurut saya.

Sampailah di Penang Times Square. Di sini hanya jalan-jalan sebentar sambil ngadem di mall. Sebagaimana lazimnya sebuah mall, tak ada yang istimewa di tempat ini. Namun, ada patung yang menarik perhatian saya, yang tiba-tiba membuat saya berimajinasi tentang kisah masa lampau, saat bangsa Melayu dijajah oleh Kolonialis Eropa. Indonesia dijajah Belanda, dan Malaysia dijajah Britania/Inggris. Patung itu berupa dua orang yang berdiri berdampingan.

Patung sebelah kanan menggambarkan orang Eropa berkumis tebal dan melengkung ujungnya, berbadan gendut, mengenakan stelan jas putih lengan panjang, bersepatu, dan bertopi polka berwarna putih juga. Tangan kanan memegang kertas/buku yang di angkat setinggi dada, dan tangan kiri menujuk jauh ke depan. Sedangan patung di sebelah kiri berwajah melayu. Dia tidak berbaju, hanya mengenakan kain yang dililitkan menutup pinggang sampai lutut.

Ada destar terikat di kepala dan kakinya tidak beralas. Kulitnya hitam kecoklatan, tubuh agak kekar tapi kurus dan ceking, sampai tampak garis-garis tulang iga di dadanya. Badannya sedikit membungkuk sambil kedua tangannya mengangkut tiga bongkahan benda persegi, mungkin logam atau batu. Patung tersebut merupakan gambaran penindasan pada masa penjajahan. Hhhhhh, saya ambil napas dalam-dalam, lalu meninggalkan patung tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun