Antara tahun 1990 dan 1998, wabah keracunan DEG menyebabkan kematian ratusan anak di Argentina, Bangladesh, India, dan Nigeria. Pada tahun 2006, seorang dokter Panama melaporkan jumlah kasus gagal ginjal akut yang tidak biasa pada orang dewasa.Â
Dua belas dari 21 pasien meninggal, dimana DEG diidentifikasi dalam sampel sirup obat batuk yang diresepkan. Dalam kasus ini, DEG hadir dalam bahan baku gliserin, pemanis yang biasa digunakan dalam obat-obatan cair. Pada tahun 2008, 84 anak meninggal di Nigeria setelah terpapar campuran gigi yang terkontaminasi DEG.
Si manis yang berbahaya, bagaimana bisa masuk ke obat?
DEG dan EG adalah cairan manis tidak berwarna dan tidak berbau yang ditemukan dalam produk komersial seperti resin, antibeku, tinta, dan lem.Â
EG dan DEG tidak diizinkan sebagai bahan dalam produk farmasi dan makanan, tetapi batas maksimum diperbolehkan untuk residu, karena zat ini dapat ditemukan sebagai kontaminan di berbagai produk konsumen (1 mg/g menurut FDA dan 620 g/g menurut Konvensi Farmakope AS tahun 2007).Â
Dosis toksik minimum dietilen glikol adalah 0,14 mg/kg berat badan (BB) dan dosis mematikan adalah 1 g/kg BB (diibaratkan 10 gram untuk orang dengan berat badan 10 kg).Â
Sehingga konsentrasi pengotor yang biasa ada di gliserin atau propilen glikol, yaitu 0,1% dietilen glikol atau etilen glikol dalam cairan sebenarnya dapat dianggap aman.
Investigasi pada wabah gagal ginjal karena DEG tahun 2006 di Panama menemukan bahwa bahan baku impor berlabel gliserin yang digunakan oleh produsen farmasi dalam formulasi sirup obat batuk mengandung 22,2% DEG.Â
Demikian pula, gliserin impor yang mengandung 24 % DEG menyebabkan wabah gagal ginjal tahun 1995 di Haiti. Dalam kedua kasus, gliserin yang mengandung DEG diimpor dari Cina melalui perantara Eropa.
Kasus toksisitas dapat terjadi secara sengaja maupun tidak disengaja. Toksisitas secara tidak disengaja merupakan kejadian yang kompleks, melibatkan sinergisme antara kontaminan yang relatif tidak beracun.Â
Toksisitas tidak disengaja dapat terjadi karena proses pembuatan yang menghasilkan toksin, tidak sesuai dengan standar mutu, interaksi antara bahan dengan lingkungan, atau karena perubahan sifat fisika kimia yang terjadi selama penyimpanan.Â