Tak lama ia mengingat memori seluruh hidupnya selama ini dalam perasaan penuh nostalgia, sampai pada titik kulminasi ingatannya: Ia keluar dari rahim ibu, menangis ketika pertama kali menghirup napas, bau khas dikenalkannya ia di dunia, suara bapak mengadzani Afrizal pada kuping kanan, kecup lembut Ibu yang telah berusaha mengeluarkannya.
Dan sebelum itu, jauh sebelum itu, semuanya gelap.
...
Tak lama polisi menemukan Afrizal sudah tidak bernyawa di jeruji besinya. Ia meninggal dikarenakan terdapatnya hantaman keras di kepalanya yang meninggalkan gegar otak berat.
Tak lama berita sampai di telinga kepolisian, dan pihak yang mengurusi kasus ini mengatakan Afrizal mati akibat pemukulan oleh kawan jerujinya (tentu menyembunyikan fakta bahwa mereka baru saja menyiksanya seharian).
Tak lama berita sampai di media massa. Sang pelaku sodomi mati setelah melakukan pengakuan.
Tak lama berita sampai pada sang Ibu yang tahu bahwa dia tidak mampu menolong anaknya, dan Ani yang penuh dengan perasaan campur aduk, dan memutuskan bahwa dia selama ini merasa penuh dengan kesedihan.
Tak lama rumah dipenuhi oleh tangisan terhadap nasib Afrizal, sedangkan seluruh masyarakat Indonesia melakukan selebrasi atas kematian naas sang penyodomi anak kecil yang cabul nan biadab agar segera menemui neraka jahanam.
***
Mayat Afrizal sampai, dan tidak ada yang ingin memandikan, tidak ada yang ingin menyalatkan.
Sampai di tempat penguburan, masyarakat menolak mayat Afrizal dimakamkan di tempat mereka. Konflik warga ditenangkan oleh kepala desa. Afrizal tetap dimakamkan, di ujung pojok, jauh dari kuburan yang lain. Nisan yang ditancap pun harus lebih pendek dari kuburan yang lain.