Tuntutan untuk wanita pekerja yang berumahtangga adalah menjaga dirinya tetap seimbang. Sebab dia tercipta sebagai manajer rumah tangga, hamba dari suami, pelayan dari anak, sekaligus abdi pekerjaan.
Tidak mudah untuk seorang ibu melayani anaknya. Namun sebagai pemimpin yang bijak, kualitas kepemimpinan terukur lewat totalitas pelayanan. Sehingga seorang ibu memerlukan kesabaran yang luas.
Begitu pula ketika menghadapi suami. Menghamba pada suami akan membuat eksistensi wanita menjadi sangat penting dan dibutuhkan oleh suami. Dan untuk menghamba, wanita memerlukan hati yang lapang dan tulus.
Sedangkan, untuk membuat dirinya tetap seimbang di tengah-tengah kesibukan, wanita pekerja yang berumahtangga memerlukan waktu untuk merawat dirinya sendiri–self care.
Dilema yang dihadapi wanita pekerja yang berumah tangga, tidak jauh dari keterbasan dan kelemahan diri. Namun hal ini dapat diperbaiki lewat menambah pengetahuan dan mengembangkan kualitas karakter.
Sempurnakanlah dirimu! Sempurnakanlah kecantikanmu, sempurnakanlah kecakapanmu berumahtangga, sempurnakanlah kepandaianmu meladeni suami, maka dengan sendirinya kedudukanmu sebagai wanita akan lebih berharga dan lebih menyenangkan!
(Soekarno, Sarinah)
Dimana pun seorang wanita bekerja, baik itu bekerja di luar rumah ataupun di rumah, nasibnya terlukis di telapak tangan. Sehingga, permasalahan tentang wanita pekerja dan tanggung jawabnya, hanya dapat dipecahkan oleh dirinya sendiri.
Ada usaha, ada aksi, pasti akan ada jalan untuk wanita pekerja memecahkan masalahnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H