Tak terasa adzan maghrib hampir berkumandang, namun sepertinya belum terhidang apa-apa di meja makan. Dengan sisa sedikit uang bekal dari ibuku tiga hari yang lalu sebelum di jemput ayah, kakang berinisiatif membeli satu cup sop buah yang kami makan berdua.
Yang kami heran kenapa orang-orang di rumah ini saat maghrib mereka hanya minum air putih dan kembali ke kamarnya masing-masing, sedangkan kami kebingungan mau berbuka dengan apa?. Untungnya kakang berinisiatif untuk membeli mie gelas dan menyeduhkannya untukku dan membeli jajanan baso ikan goreng atau biasa kami sebut “basreng” berbumbu pedas.
“ayo sholat taraweh!” ajak abah saat keluar dari kamarnya.
Segera kami mengikuti untuk taraweh berjamaah.
Pulang dari traweh, aku dan kakang berharap menemukan nasi dan rendang itu terhidang dimeja karena perutku terasa sangat perih sekali. Namun lagi-lagi yang kami bisa hanya menuruti apa kata abah dan umi untuk naik kembali ke lantai atas untuk bergegas tidur karena takut bangun kesiangan untuk makan sahur. Tak lama aku dan kakang berada di atas, di lantai bawah terdengar suara bunyi piring tanda orang-orang sedang sibuk makan.
Menahan perutku yang teramat perih, aku coba untuk tidur dan berhasil!. Beberapa jam kemudian tiba - tiba terdengar suara kakang membangunkanku.
“dik , kakang di telpon ayah, ayah marah-marah!” seru kakang wajahnya terlihat cemas
“kenapa ayah bisa marah?” tanyaku sambil mengucek-ngucek mata,
“Tadi ibu sms kakang nanyain kakang sama adik makan buka puasa pake apa? Terus kakang jawab aja sama mie gelas dan basreng” lanjut kakang.
“Taunya ibu mungkin sms ayah, protes masa anak-anaknya buka puasa dengan basreng dan mie gelas”. Tukas kakang cemberut
“tapi kakang udah bilang ke ibu gak usah sms ayah, tapi taunya malah sms … jadinya kakang di marahin sama ayah!”. Lanjut kakang masih dengan muka cemberut.