“ayahnya pergi lagi, katanya mau ngajar.” Jawab kakang, setelah mencium tangan umi segera menemui sepupu-sepupu lain yang telah lebih dulu berada disini.
“Yan, Yanti … “ teriak umi memanggil adik dari ayah yang sedang asyik dengan gadget nya.
“yaa,, bentar “ seru Bi yanti dengan langkah gontai menghampiri umi.
“Beli Daging sapi 3 kilo sama bumbu rendangnya sekalian, ke pasar.!” Pinta umi.
“Buat munggah?” Tanya bi Yanti
“iya … ni uangnya “ tambah umi sembari menyodorkan beberapa lembar uang ratusan ribu.
***
Satu sore satu hari jelang hari berpuasa,
Bau bumbu rendang menyeruak dari arah dapur kulihat bi Yanti menghangatkan daging rendang yang dari kemarin ia masak. Menciumnya membuat air liur ku menetes membayangkan lezatnya daging rendang yang selalu ibu bawakan selepas ia pulang kerja. Sudah dua hari ini aku dan kakang makan hanya dengan telur ceplok buatan kakang. Dan dua hari itu pula kami belum bertemu lagi dengan ayah, entah dimana dia.
“kalian makan dengan telur aja ya … ni daging rendangnya sedikit, buat besok sahur!” seru bi yanti was-was, ketika mendapati kakang berada di dapur untuk mengambil bola bekel yang terlempar kesana dan sempat melirik wajan besar berisi penuh dengan daging rendang.
Kakang hanya membalasnya dengan senyum sambil melengos ke luar dapur setelah berhasil mendapatkan bola bekelku.