Mohon tunggu...
Lia Kurniawati
Lia Kurniawati Mohon Tunggu... Dosen - Realistis dan No Drama

Author - Founder Manajemen Emosi & Pikiran (MEP) Dosen Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen : Penyesalan Tak Berujung

8 Juli 2015   13:17 Diperbarui: 9 Juli 2015   15:12 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar saja beberapa lembar kertas berwarna merah muda bergambar bunga klasik terlipat rapi. Kubaca tulisan tangannya yang  tak asing lagi selalu menyapaku satu  tahun terakhir ini. Hanya celoteh-celotehan  yang tertuang serta goresan kerinduan standar layaknya laki-laki sedang kasmaran selalu terselip foto-foto berseragam Akademi nya yang selalu kupandangi namun entah tak ada hasrat sekalipun untuk menuliskan segala perasaanku padanya, yang selalu berselimut kecewa karena ditinggalkannya dan harus menunggunya, dan menurutku menunggu satu hal yang sangat tak kusukai.

“ Dek, BALAS DONG! ,,, “ Kalimat pendek  yang selalu ia tulis di akhir surat dengan huruf kapital di akhiri tanda seru seolah-olah ia berteriak memintaku untuk membalas surat-suratnya yang ia kirimkan hampir seminggu sekali itu, 

Satu hari pertengahan januari di tahun 95,  Melihatku menyembul dari  gerbang sekolah  terlihat wajah seseorang berseragam Akademi Aeroneutika Dirgantara Bandung itu sangat sumringah dan segera menghampiriku…

“Akang menunggu dari jam 2 Dek , hampir satu jam nungguin … “ ucapnya membuka obrolan.

“Maaf  Kang .. tadi ada ujian praktek dulu … “ ujarku seraya menggelayutkan tangan meraih lengan kokohnya, mengajaknya segera meninggalkan teman-temanku tanpa menghiraukan ejekan manja mereka  menuju Honda grand nya yang terparkir tak jauh dari tempatnya menunggu.

Hembusan angin menerpa wajah, sesekali kami berceloteh tentang luasnya lahan landas pacu yang dilewati, Honda grand nya melaju menyusuri jalan berpagar kawat berduri  landas pacu bandara Husein Sastranegara hingga akhirnya menepi dipelataran parkir dan segera mengajakku menuju area foodcourt tepat depan lobi bandara.

Masih dengan seragam putih abu bersweater rajut,  tangannya masih menggenggam erat jemari mengajakku berjalan seolah tak mau meninggalkanku jauh di belakangnya, pandangannya dengan cekatan memilih tempat duduk yang tepat untuk kami berbincang. Sepertinya ia tak sabar menyampaikan sesuatu hingga ia harus rela menunggu dan mengajakku untuk sekedar makan sore yang jarang kami lakukan karena kesibukkannya sebagai Mahasiswa Akademi Aeroplane.

Tarikkan kursi besi berwarna hitam dengan sandaran anyaman rotan itu  segera ia tarik dan tangannya menyentuh setengah punggungku mempersilahkan ku segera duduk.

“Jus jeruk  dan nasi timbel ya Dek? “ tanyanya

“Akang laper, jadi kita emam aja ya … “ tambahnya

Anggukkan kepala tanda mengiyakan, karena memang perutku pun terasa keroncongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun