Mohon tunggu...
Lia Kurniawati
Lia Kurniawati Mohon Tunggu... Dosen - Realistis dan No Drama

Author - Founder Manajemen Emosi & Pikiran (MEP) Dosen Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen : Penyesalan Tak Berujung

8 Juli 2015   13:17 Diperbarui: 9 Juli 2015   15:12 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kanaya, makan siang di pujasera merdeka yuk? Aku pengen soto babat..” ajak neni

“hayuk .. “ tukasku pendek.

Tak menunggu lama dengan sedikit usaha,  berjalan kaki menyebrangi jalan merdeka  aku dan neni segera menuju pusat jajanan  langganan kami. Ramai namun terlihat masih lengang tak seperti biasanya di jam-jam makan siang, masih tersisa beberapa meja dan kursi yang bisa kami duduki.  Akhirnya ku memilih meja dan bangku yang saling berhadapan.

Namun entah mengapa kali ini perasaanku terasa aneh tak seperti biasanya, terasa seperti dipandangi sepasang mata dari kejauhan namun aku tak tahu siapa dan dimana. Hingga ku tepiskan pikiranku ketika pesanan nasi timbelku terhidang tepat di mejaku.

Sepanjang menyantap soto babatnya, neni tak henti-hentinya bercerita tentang laki-lakinya yang selalu setia mengantar jemputnya, lelaki yang selalu ia bangga-banggakan.

Ia tahu persis bahwa aku masih jomblower, hingga ia seringkali berceloteh menyindir kapan aku menggandeng pasangan seperti dirinya.

Akhirnya makan siangku selesai … Tiba-tiba …

“Assalamualaikum Kanaya, Apa kabar ? … “ sapa suara laki-laki berat berwibawa dan sepertinya suara itu pernah aku dengar.

Sesaat ku hentikan tanganku yang masih tercelup di mangkok kobokan dan coba mendongakkan wajah mengarah ke asal suara. Kulihat seorang laki-laki tinggi berbalut jaket hijau army berdiri di samping mejaku,

“Waalaikumsalam kang Arman … “ jawabku terbata-bata

Rasa gembira berbalut rindu berkecamuk menjadi satu, seolah tak percaya bisa kembali melihatnya tepat di hadapanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun