"Aku ki mbiyen pake sepeda seko omah, trus akhire mangkat numpak bis kota. Lah sui-sui ngonthel ki kesel je seko kene tekan kampus UGM. lah pas numpak bis aku ki sering keturon, tangi-tangi wis adoh seko kampus. Lah kadang-kadang malah wis tekan terminal lama cedak umahe Bintarto kae loh cah. Yo wis to telat kuliah njuk mulih wae."
Teman-temanya ketawa mendengar pengakuan tedi."Wah eman-eman yo janjane. Mlebu UGM ki angel je," kata Masrukan.
 "Lah podo karo pak Kyai brati ted. Slamet ki lulus UMPTN juga masuk ke MIPA UGM," ujar Rohman menambahkan.
 "Bedo lah, aku kan gak ndaftar ulang, milih mondoka ae," jawab Slamet.
 "Lah sebabe ngopo je Ted, kok iso ngantuan?" Tanya Masrukan penasaran.
 "Mungkin faktor mata ku ki kan min e wis okeh tur silindris to?"
Setelah menyantap soto, acara pun digelar seperti di rumah Santi. Masrukan sebagai pengantar dan moderator. Rohman mewakili teman-teman menyerahkan tali kasih dan diakhiri dengan do'a bersama yang dipimpin oleh Mbah Slamet.
Mereka berfoto bersama dan melanjutkan tujuan terakhir ke rumah Tutik di Bantul.
Tedi mengantar teman-temanya sampai ke jalan raya. Dalam perjalan itu Ia berkata bahwa jika wisata normal, parkir di depan gang itu biasanya tidak boleh sembarang.
"Maksude mobil iso dibaret-baret, ngono ted?" Tanya Rohman yang langsung ingat mobilnya.
"Enggak gitu. Ya paling disuruh masuk ke parkiran yang resmi itu loh. Sepanjang pingir jalan kan ada tanda gerigi warna kuning dilarang parkir. Kalau sekarang kan lagi sepi. Jadi insyallah aman bro."