"Ada pak." Lalau Ia memangil suaminya,"Yah...Yah... ono tamu ki."
Kemudian keluarlah sosok tinggi besar dengan kacamata tebal dan sudah agak botak dengan baju batik."Weh konco-konco SMA ku ki Mah. Sui banget gak ketemu," sambil menyalami virsi protocol Covid19 satu satu dan berusaha mengingat-ingat nama mereka.
 "Ijik kelingan aku ra?" Tanya Slamet.
 "Ijih lah. Slamet to koe? Iki Nanok wingi dolan kene. Iki sopo yo.....? Ayok mlebu sek. Sempit-sempit gak popo yah?"
Mereka masuk ke kontrakan Tedi yang sederhana dan tidak lama teh anget dibawa putri pertama Tedi yang sekolah di SMK. "Duwur anakmu Ted," kata Hendro.
 "Iyo tiru bapake. Hehehehe."
Akhirnya Tedi setelah berusaha mengingat-ingat, hanya berhasil mengenal 1 lagi temanya, yaitu Masrukan. Sedangkan Hendro, Rohman, dan Cristiana sudah lupa.
Tak lama kemudian istri dan putrinya membawa hidangan soto sapi. "Aku k iwis wareg je cah. Mau nang omah wis sarapan trus ngone Santi yo madang meneh," kata Rohman.
 "Hooh podo," sambung Hendro.
 "Monggo sak entene njih. Iki ono krupuk gendar," kata Tedi mempersilahkan para tamunya.
Sambil menyantap soto sapi, Tedi bercerita bahwa dulu Ia sempat kuliah di Fakultas Peternakan UGM, namun tidak lulus karena beberapa hal. Salah satunya karena sering terlambat masuk kuliah dan ngantukan.