Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Maksud Prof Felix Tani Meminta Kompasianer Menulis Secara Anarkis?

27 Agustus 2020   21:19 Diperbarui: 28 Agustus 2020   06:25 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penulis Anarkis (medium.com)

Harapan (dan Omelan) Prof Felix Tani. 

Jelas, saya bukan penulis yang baik. Tata bahasa saya masih semrawut. Gaya penulisanpun itu-itu saja. Membosankan. Dan, saya belum bisa menjadi penulis yang Prof Felix sebut sebagai sungai, yang berinteraksi dengan aspek sekitar, yang kemudian makin kaya dan terus mengalir. Mungkin tulisan saya masih seperti 'selokan', yang terstruktur dibatasi semen keras yang mengalir dengan debit kata yang sama dari hulu ke hilir. Ini saya ambil terminologi prof Felix.  

Sayapun belum jadi  diri sendiri. Beberapa kali pula beliau mengajak kita, Kompasianer, untuk anarkhis, seperti disebut di artikel ini.  Bukan hanya itu, Prof Felix juga berharap kita itu 'kenthir' seperti pada tautan ini, dan ini. 

Nah lu...Apakah saya paham maksud Prof Felix Tani? Enggaaaaaa lah!. 

Bagaimana saya paham?. Beliau lebih banyak mengomel dan marah-marah. Dan, untuk advokasi yang lebih sukses, belia perlu mencoba membantu Kompasianer untuk memahami secara terang tentang apa itu picisan, apa itu anarkis, dan apa pula itu 'kenthir'. Entahlah, apakah kita semua harus picisan, anarkis, dan 'kenthir'  untuk jadi penulis purna? 

Eit, nanti dulu. 

Sebelum kita mengiyakan anjuran pak Doktor satu ini, saya kira kita perlu baca artikel belia yang ini dan ini ya.  Juga kita perlu baca karya penulis lain yang telah diakui sebagai tulisan yang picisan, anarkis dan 'kenthir'. Saya mengambil risiko menjadi orang yang tak pas, mengingat pak Prof Felix Tani dan oom Gege adalah para ahli filsafat.  Tapi, masa saya harus takut sih? 

Tulisan Anarkis, dan Sekaligus juga Satir.

Saya menduga bahwa apa yang dimaksud Prof Felix Tani sebagai tulisan anarkis adalah tulisan yang bebas. Tulisan yang tidak terikat pada pakem. Tulisan yang meletakkan penulisnya sebagai unit yang otonom.  

Dan rupanya ketika kita tengok Wikipedia, dugaan itu tak terlalu salah. "Penulis yang mendukung anarkisme adalah mereka yang tidak mengikuti suatu sistem filsafat politik tertentu. Mereka menolak hirarki dan mereka anti otoriter. Selanjutnya, mereka menggantinya dengan pengaturan diri tanpa tekanan. Yang penting suka". Memang deskripsi Wikipedia pendek tentang aliran anarkisme ini. Namun kita bisa mencari contoh karya penulis yang kita kenal, yang masuk kategori sebagai penulis anarkis. Kita coba lihat karya Paul Goodman, Victor Hugo dan Charles Dickens. 

Paul Goodman hidup antara 1911 sampai 1975 dan merupakan penulis kritik sosial dari Amerika.  Ia menulis dan menerbitkan puisi dan fiksinya sejak muda, jauh sebelum ia bersekolah di Chicago di Amerika. Ia juga mendirikan gestat therapy yang memuat tulisan untuk tujuan terapi psikologis. Bukunya Growing Up Absurd (1960) membuatnya dikenal sebagai filsuf dari aliran kiri baru.

Sampul Les Miserables ( Amazon.com)
Sampul Les Miserables ( Amazon.com)
Selanjutnya, Les Miserables. Buku ini cukup lengket di kepala saya karena saya dan anak saya berbagi buku ini sejak ia masih kanak-kanak. Memang novel ini diterjemahkan dalam banyak bahasa dan diterbitkan dalam bentuk komik, permainan, ringkasan cerita, adaptasinya, drama musikal 'broadway', sampai novel penuhnya. Judul dari novel inipun berbagai, sementara filmnyapun menghasilkan penghargaan di Academy Award. Jadi, Les Miserables kondanglah. 

Novel ini berisi beberapa plot, tetapi punya alur cerita utama soal kehidupan Jean Valjean, seseorang yang baik, tetapi tidak bisa melepaskan masa lalunya yang penuh dengan kehidupan kriminal. Novelnya bisa dikatakan novel sejarah Perancis, tetapi juga memuat isu hukum, mendiskusikan arsitektur dan desain urban Perancis, memusuhi politik monarki, membincang moral, filsafat, agama, kisah percintaan dan keluarga, serta membincang musik. Saking kompleksnya ceritanya, alhasil, novel ini terbagi menjadi 48 buku dengan 365 bab. Ini dianggap sebagai novel terpanjang yang pernah ditulis.

Lalu ada A Tale of Two Cities. Ini sebuah novel yang merupakan eksperimen yang dilakukan oleh Charles Dicken. Banyak plot di dalam buku ini dan ceritanya mengikuti perpindahan tokohnya. Seting cerita pertama adalah di London dan selanjutnya di Paris pada era sebelum dan ketika masa Revolusi Perancis. Novel mengisahkan kehidupan seorang dokter berkebangsaan perancis, Manette, yang dipenjara selama 18 tahun di penjara bastille di paris. Setelah ia dibebaskan, ia hidup di London dengan anaknya, Lucie, yang ia tak pernah hbertemu sebelumnya.

Kata pengantar dari novel Charles Dicken ini justru bercerita soal dinamika isinya. Begini, terjemahan bebasnya. "Itu adalah waktu terbaik, itu juga waktu terburuk, masa yang bijak, masa yang bodoh, masa yang penuh kepastian, masa yang penuh keraguan, masa penuh cahaya, masa kegelapan, musim semi yang penuh harap, musim salju yang memisahkan, kita memiliki semuanya, kita tak memiliki apapun, kita semua ke surge, kita kea rah berlawanan. Pendeknya, ini masa yang mirip saat ini, masa dimana para pemimpin berisik untuk bisa diterima, untuk hal baik maupun hal buruk yang mereka lakukan, yang hanya bisa dibandingkan dengan tingkat yang super dan luar biasa"

Yang menarik, meskipun terdapat begitu banyak plot dan tokoh dan cerita-cerit, pada akhirnya ada pertemuan di akhir buku. Memang, buku ini memiliki struktur rumit yang rapi. 

Nah, karena Prof Felix Tani juga menyebut soal tulisan yang 'kenthir', dugaan saya tulisan itu membawa segala ramuan. Humor, imajinasi, kebodohan, komplain  dan satir, pada saat yang sama. Intinya, ramuannya terserah dah. 

Oxford Dictionary mendefinisikan Satir sebagai 'the use of humour, irony, exaggeration, or ridicule to expose and criticise people's stupidity or vices, particularly in the context of contemporary politics and other topical issues." Jadi, satir adalah penggunaan humor, ironi, melebih-lebihkan, atau menertawakan untuk mengangkat dan dan mengkritisi kebodohan atau kejahatan seseorang. Khususnya ini terjadi dalam konteks politik kontemporer dan isu terkini. Jadi, satir digunakan untuk menunjukkan kebodohan, korupsi di antara manusia, lembaga, bahkan pemerintahan yang diekspresikan dalam bahasa yang sarkasme dan ironi yang kental. "In satire, irony is militant", begitu kata Northrup Frye. Tak heran bila tujuan dati Satire adalah untuk mengkritik dan ingin merubah sesuatu jadi lebih baik. Jadi, satir sendiri adalah kritik sosial.

Prof Felix Tani memang sering saya dapati menggunakan tokoh Batak, si Poltak. Kisah Poltaknya ini selalu dalam konteks yang lucu, tapi tetap relevan. Seringkali Poltak adalah beliau sendiri, dan sang penulis tak ragu menjadikannya bahan tertawaan. 

Sebetulnya, arti anarkis sendiri adalah 'no ruler' atau tanpa penguasa, dan bukan 'no rule' atau tanpa aturan. Anehnya, beliau sering menyebut beberapa nama seperti mas S Aji, Prof Pebrianov, dan mas Susy yang beliau klaim dan sekaligus ia tolak sebagai muridnya. Nah,ketika  beliau menempatkan dirinya sebagai guru, ia menempatkan dirinya sebagai superior, mungkin dalam pengalaman (atau usia?). Entahlah, yang jelas dalam aliran anarkisme, mestinya tidak ada guru dan pemimpin, bukan?  Hayo...Prof, piye iki?!

Dari Animal Farm dan the Sympathizer, sampai Burung-Burung Manyar. 

Realitanya, banyak, atau bahkan hampir semua pemenang penghargaan menulis fiksi sekelas Pulitzer juga memuat satir. Cerita 'Animal Farm' adalah salah satu satir favorit saya. Meski buku terbitan pertama Animal Farm adalah pada tahun 1944, saya baru membacanya pada tahun 1987. 

Buku ini merupakan satir politik dari situasi totalitarian pada masa Revolusi Soviet. Kisahnya, binatang binatang yang ada di peternakan Manor berhasil mengalahkan tuannya, Mr Jones, setelah mereka alami perlakuan jahat sang tuan. Pelan-pelan, para babi sebagai binatang berkaki empat berada pada posisi lebih tinggi dari para binatang lainnya. Bahkan, mereka berkuasa lebih, dan melebihi kekuasaan serta keserakahan Mr Jones, si penguasa  sebelumnya. 

Seekor babi tua, Major mengatakan bahwa sumber malapetaka adalah manusia. Setelah mampu menyingkirkan Mr Jones, pada kenyataannya para babi pemberontak, khususnya Napoleon dan Snowball berubah sikap. George Orwell sang penulis novel memasukan kata bertuah "Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely" yang merupakan ucapan Sir John Dalberg-Acton, Baronet ke 8, paderi Anglikan antara tahun 1837 -- 1869. Tulisan itu membawa pesan bahwa kekuasaan cenderung membuat korup, dan kekuasaan yang absolut menimbulkan korup yang absolut pula. Situasi ini dialami oleh Napoleon, salah satu babi pemimpinan yang melakukan kecurangan, manipulasi dan bahkan membunuh dengan keserakahannya, ketika ia berkuasa.  

Ketika Mr. Jones, si manusia, mencoba kembali berkuasa, para binatang menolak dan melawan sehingga terjadilah "The Battle of the Cowshed." Pada peristiwa itu, Napoleon menjatuhkan Snowball dan mengatakan kepada semua binatang bahwa Snowball adalah kaki tangan Mr Jones. Napoleon jadi pahlawan para binatang. Di sini, George Orwel menggambarkan sifat-sifat manusia ketika berada dalam kekuasaan. Semuanya digambarkan dalam fable satir.

Satu contoh lain dari tulisan satir yang saya baca adalah the Sympathizer, suatu novel yang menggambarkan perdebatan batin seorang laki laki sebagai 'double agent'. Ia adalah keturunan Vietnam dan Perancis yang kesetiannya pada bangsanya (Vietnam) bertabrakan dengan nilai anti komunis yang ia miliki setelah ia bersekolah di Amerika. Novel dengan latar belakang perang Vietnam dan jatuhnya Saigon di tahun 1970an karya Viet Thanh Nguyen' ini memenangkan penghargaan Pulitzer pada tahun 2016.  

Ada banyak kisah satir dalam novelnya ini.  "Aided by Superman, our fecund little country no longer produced significant amounts of rice, rubber, and tin, cultivating instead an annual bumper crop of prostitutes, girls who had never so much as danced to a rock song before the pimps we called cowboys slapped pasties on their quivering country breasts and prodded them onto the catwalk of a Tu Do bar.". Ia analogikan Amerika sebagai Superman yang membantu Vietnam dan menjadikan negaranya tak lagi bisa panen padi dan karet. Banyak kepahitan ia temukan di antara warga Vietnam yang miskin, yang merupakan saudara kandungnya. Perempuan-perempuan Vietnam yang semula lugu tiba tiba menjadi canggih dengan dansa musik rock dan menjadi perempuan prostitusi yang harus melayani tentara Amerika. 

 Novel satir lain yang tidak boleh dilewatkan tentu saja "Burung --burung Manyar" karya YB Mangunwijaya (dirilis pertama 1981). Novel ini merupakan satu dari karya yang menjadikan Romo Mangun menerima Ramon Magsasay atas penghargaan sastra di tahun 1996.

Burung-burung Manyar menceritakan tentang Atik yang merupakan tokoh yang lincah dan pemberani, anak pak Antana seorang laki laki yang bekerja di Kebun Raya Bogor dan Cagar Alam Ujung Kulon. Ibunya adalah keturunan Keraton Mangkunegaran. Atik suatu saat menjadi juru ketik Syahrir.

Atik menjalin cinta dengan Teto, seorang laki laki beribukan seorang Belanda dan berbapak seorang Jawa yang pernah menjadi KNIL. Ayah Teto akhirnya ditangkap Kempetai atas tuduhan melakukan gerakan bawah tanah. Sementara ibu Teto akhirnya mejnadi gundik dari kepala Kempetai. Tetopun akhirnya bergabung menjadi KNIL.

Burung-burung Manyar bisa dikatakan sebagai novel sejarah. Di dalamnya terdapat peristiwa bersejarah di Indonesia sejak masa penjajahan sampai dengan masa pasca kolonialisme. Terdapat kisah dan masa Syahrir di dalamnya. Bahkan, disebutkan bahwa Syahrir adalah tokoh dan intelektual kemerdekaan yang sesungguhnya. Sukarno seakan sebagai pemimpin fasis. Sementara Hatta diceritakan selintas.

Juga, ada koreksi sejarah soal KNIL. Sejarah mencatat seakan KNIL adalah kelompok netral yang mendukung kemerdekaan RI. Pada halaman 3 dari novel ini (edisi 2007) tertulis "Pernah dengar "anak kolong"? Nah, dulu aku inilah salah satu modelnya. Asli totok. Garnisun divisi II Magelang (ucapkan:MaKHelang). Bukan divisi TNI dong, Kan aku sudah bilang: totok. Jadi KNIL jelas kolonial, mana bisa tidak. Papiku loitenant keluaran Akademi Breda Holland. Jawa! DAN Keraton! Semula tergabung dalam Legiun Mangkunegara. Tetapi Papi minta agar dimasukkan ke dalam slagorde langsung di bawah Sri Baginda Neerlandia saja; Ratu Wilhelmina kala itu. Terus terang Papi tidak suka pada raja-raja inlander,... Soalnya papi suka hidup bebas model Eropa,..." 

Yang unik, Romo Mangun menjadikan Teto menjadi pahlawan di akhir kisah karena ia membongkar kecurangan perusahaan minyak tempat ia bekerja sebagai ahli matematika.

Banyak hal yang tersirat dalam novel itu. Pembaca bisa membuat interpretasi beragam dan mengkaitkan dengan realitas yang ada di Indonesia.

Memang, saya amati, tulisan Prof Felix Tani hampir selalu berisi satir, dan pada saat yang sama ironi yang dikemas secara anarkhis. Tulisan beliau tentang budaya Batak selalu ditulis dengan perspektifnya yang mandiri. Banyak kebaruan dan pengalaman pribadi ada di sana. Sementara itu, tulisan opininya, khususnya yang berisi kritik (biasanya tentang pemda DKI Jakarta) ia tulis dengan pendekatan satiris. Coba kita baca tulisannya soal banjir Jakarta ini. 

Prof Felix berterima kasih pada pak Anies atas banjir Jakarta di bulan Januari. Tentu ini bukan rasa terima kasih yang sesungguhnya. Karena saya juga mengalami kebanjiran dan harus membantu ibu saya yang sakit untuk bisa dievakuasi dengan bantuan SAR dan tim pemadam kebakaran, saya bisa pahami kegemasan Prof Felix terkait banjir itu. Di artikel itu, Prof Felix memberikan kajian atas apa yang dilakukan dan apa yang belum dilakukan oleh Pak Gubernur.

Di artikel yang berbeda, Prof Felix mendiskusikan beberapa hal, sebagai argumen tentang apa yang terjadi berkaitan dengan naturalisasi sungai di Singapura, yang ia nilai berbeda dengan apa yang menjadi pemahaman Sang Gubernur. 

 Lah...mana yang kenthir? Yang kenthir itu ketika beliau menulis apa saja, memasukkan humor, ngomel, marah marah, lalu mencak mencak semaunya sendiiri.  Begitulah kira-kira. 

Apakah Tulisan Satir dan Anarkhis Masih Efektif di Masa Mis-informasi ini? 

Terdapat pihak yang percaya bahwa satir efektif untuk membuat perubahan sosial. Meski memang dibutuhkan tingkat intelektual tertentu untuk paham.  Dan mereka yang dikritik diharapkan menangkap pesan itu dan akan melakukan perubahan. Ini ada dalam tautan ini, Apakah Satir efektif ?  

Juga terdapat pandangan bahwa satir memiliki peran penting pada proses demokrasi, terutama di kalangan muda. Banyak komik, ilustrasi dan meme muncul dan dibuat orang muda untuk mengkritisi . Ini didukung pandangan Profesor Sophia McClennen, seorang pengajar hubungan internasional di Penn State's Center for Global Studies, Amerika. Menurutnya, satir berbeda dengan humor politik karena satir membutuhkan refleksi di pihak pembaca, sehingga menertawakan kondisi bukanlah tujuan dari humor yang ada di dalamnya. Iapun menulis buku tentang pentingnya satir pada proses demokrasi Amerika karena kalangan muda makin mencari berita politik yang kritis (Palgrave Macmillan, 2012).

Begitu pula tulisan anarkhis dianggap makin dibutuhkan, mengingat situasi saat ini makin kompleks. Hampir tidak ada persoalan yang linier. Dan, pilihan untuk menulis dengan gaya anarkis dianggap tepat.

Adalah Justin E.H. Smith, seorang profesor sejarah dan penulis pada the University of Paris dan penulis "Irrationality: A History of the Dark Side of Reason". Ia menuliskan bahwa proses disiinformasi dari media sosial yang terjadi saat ini telah membunuh bentuk satire dan humor dan menjadikannya ketinggalan jaman dan sulit dipahami (Newyorktimes, 04/08/2019). 

Polusi yang dihasilkan teknologi baru di ekosistem informasi kita membuat makin sulit untuk membuat perbedaan antara mana yang satir dan anarkis, dan mana yang merupakan berita yang valid. Persoalan disinformasi yang toksik dianggap mempersulit satir dan anarkisme untuk tetap hidup. 

 Juga, ia melihat bahwa makin sulit baginya membedakan antara satir, anarkis dan propaganda. Menurutnya, meme, pada suatu saat sangat berhasil membuat kritik. Namun ini menjadi sulit ketika media tidak memapu membedakan mana yang tulus dan lucu untuk mengkritik dengan informasi yang tidak valid. Bahkan, the Onion, media yang sering menayangkan tulisan satir di Amerika mengatakan sering disalahartikan pembacanya.

Iapun bersama timnya untuk membuat studi tentang "misinformation, satire and social media". Selama beberapa bulan mereka membuat survai tentang apa yang masyarakat Amerika percaya tentang isu politik yang menonjol yang muncul di media sosial. Mereka menemukan bahwa beberapa berita yang tidak sesuai muncul dari situs satir yang disalahartikan oleh pembaca.

Suatu tulisan Sen Moncrieff: Welcome to the death of satire terbitan Januari 2019 menuliskan tentang betapa satir dan anarkis menjadi tidak mungkin dilakukan pada masa kini. Menurut Sean Moncrieff, satir perlu ditulis dengan melebihkan-lebihkan situasi. Namun, saat ini ia menilai masyarakat telah ditipu oleh politik yang satiric dan membodohi sehingga satir menjadi sulit untuk membawa pesan satir itu sendiri.

Hal yang menggembirakan, beberapa kelompok jurnalis lain mengatakan bahwa justru karena banyaknya hoaks, maka satir perlu dipergunakan. Paul R Brewer dan Jessica McKnight menuliskan suatu kasus terkait banyaknya pihak yang membuat hoaks yang menolak sains yang membuat orang percaya untuk tidak membawa anaknya divaksin. 

Tantangan yang muncul di Amerika dan juga negara seperti Indonesia adalah realitas bahwa banyak orang tidak perduli sains. Bahkan orang yang banyak menghabiskan waktunya membaca berita merasa informasi dari sains yang ada di media terlalu berat bagi mereka. WHO mengadakan penelitian dan membuktikan bahwa vaksin aman bagi anak anak. Di situlah kemudian meme yang mengkritisi hoaks tentang kebohongan informasi bahwa vaksin berbahaya menjadi gugur.

Di Amerika, acara humor satir yang ditayangkan di malam hari berupa stand up comedy, misalnya, sering dipakai untuk menyebarkan informasi terkait sains melalui bahasa yang mudah dan dalam tampilan yang santai. Kadang, humor digunakan. Di situ dapat dilihat betapa satir bisa ditampilkan untuk mendidik isu politik maupun sains. Pertanyaannya, apakah pendekatan semacam masih bisa digunakan di Indonesia?

Sebetulnya, menulis dengan anarkhis punya makna yang dalam tentang pentingnya menulis secara organik. Ini agar penulis anarkis dibaca orang. Bukan 'cuma' sekedar menulis 'nyleneh'. Artinya, kita harus melihat hubungan ekologi dengan sosial, hubungan simbolik serta inter-personal yang mau tidak mau harus memperhatikan etika yang menghormati perbedaan kelas, ras dan gender, sebagai etika yang harus dianut. 

Pada intinya, dirasakan perlu gaya menulis yang satir dan anarkis karena kita tetap perlu kritis. Ini untuk mengatasi persoalan editor yang ketat dan agar tidak dikejar para buzzer. Untuk bisa menulis dengan satir dan anarkis, seseorang punya pemahaman yang baik sehingga dapat menggambarkan kompleksitas yang ada dalam realita. Makin kompleks persoalan, dibutuhkan makin banyak individu yang memikirkan dan menuliskannya dengan caranya masing masing. Penulis juga perlu punya mekanisme swa-kritik untuk dapat melakukan perbaikan analisisnya seacara terus menerus. Dan, memang seperti kata Prof Felix Tani, ketika menulis dengan gaya anarkis dan satire, ya tidak usah berharap akan 'HL'. Tapi benarkah demikian? 

Apakah Ada Tip Menulis Satir dan Anarkhis? 

Nah, ini tampaknya menjadi penting. Tinimbang kita sibuk berdebat dengan Prof Felix tani, kita cari acuan tentang bagaimana menulis dengan gaya satir (dan anarkis) yang efektif. Karena anarkis digambarkan sebagai memiliki kontrol atas dirinya, dan reflektif, di bawah ini adalah beberapa tips ini yang merupakan rekomendasi dari Addision BI "3 tips for writing better satire" (medium.com).

1. Cobalah menjadi lucu. Dan lucu yang ada dalam satir bukanlah sekedar lelucon. Bukan sekedar sarkasme. Bukan sekedar mengkritik. Bbukan sekedar cerdas. Tetapi, gabungan dari semuanya itu. Untuk itu, acuan ini mengajarkan agar kita siap dengan argumentasi di tiap pernyataan, masukkan hal hal lucu yang mungkin tampak tolol, dilebihkan, tetapi kocak dan ringan.

2. Pastikan ada kritik di dalamnya. Tulisan harus ada kritik sosial dan disampaikan dengan lucu sehingga orang akan membaca dan menyukai, dan bukan membencinya. Pastikan bahwa targetnya adalah memiliki dampak pada publik. Perlu ingat bahwa tidak perlu menyerang target individual dengan buruk hanya karena sakit hati. Itu bukan kritik namanya, tetapi serangan pribadi.

3. Relevan. Relevan bahwa satir dan humor serta penulisan yang tak berstruktur itu dilemparkan setimpal dengan tujuan mengkritik dalam rangka mendorong perubahan sosial. 

Bila satir dan anarkisme ditulis sukses, pembaca biasanya ingin melihat ulang, tertawa, dan pada saat yang sama berpikir dan reflektif. Yang harus diingat adalah, kalaupun kita menulis bebas lalu terbang ke arah semua mata angin,  kita harus mampu mendarat di suatu tempat dengan aman. Pesan sampai, semua kekonyolan kita di tulisan itu relevan. Susah, kan? Mungkin hanya Prof Felix Tani dan para muridnya yang bisa lakukan ini.   

Lalu, apakah saya siap menulis satir yang anarkis, seperti anjuran Prof Felix tani? Saya belum tahu, tapi suatu saat saya akan mencoba. Kalaupun gagal, ya sudahlah. Toh beliau tidak berhak menganggap saya adalah muridnya. 

*) Ditulis sebagai tanda persahabatan, bukan sebagai penerimaan bahwa saya harus juga picisan, anarkis dan 'kenthir'.

Pustaka : Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan, Sembilan, Sepuluh, Sebelas 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun