2. Pastikan ada kritik di dalamnya. Tulisan harus ada kritik sosial dan disampaikan dengan lucu sehingga orang akan membaca dan menyukai, dan bukan membencinya. Pastikan bahwa targetnya adalah memiliki dampak pada publik. Perlu ingat bahwa tidak perlu menyerang target individual dengan buruk hanya karena sakit hati. Itu bukan kritik namanya, tetapi serangan pribadi.
3. Relevan. Relevan bahwa satir dan humor serta penulisan yang tak berstruktur itu dilemparkan setimpal dengan tujuan mengkritik dalam rangka mendorong perubahan sosial.Â
Bila satir dan anarkisme ditulis sukses, pembaca biasanya ingin melihat ulang, tertawa, dan pada saat yang sama berpikir dan reflektif. Yang harus diingat adalah, kalaupun kita menulis bebas lalu terbang ke arah semua mata angin, Â kita harus mampu mendarat di suatu tempat dengan aman. Pesan sampai, semua kekonyolan kita di tulisan itu relevan. Susah, kan? Mungkin hanya Prof Felix Tani dan para muridnya yang bisa lakukan ini. Â Â
Lalu, apakah saya siap menulis satir yang anarkis, seperti anjuran Prof Felix tani? Saya belum tahu, tapi suatu saat saya akan mencoba. Kalaupun gagal, ya sudahlah. Toh beliau tidak berhak menganggap saya adalah muridnya.Â
*) Ditulis sebagai tanda persahabatan, bukan sebagai penerimaan bahwa saya harus juga picisan, anarkis dan 'kenthir'.
Pustaka : Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan, Sembilan, Sepuluh, SebelasÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H