Menjadi menarik ketika kita mendengar aduan asosiasi Jamu Indonesia yang mengeluhkan Gugus Tugas COVID-19 Indonesia yang justru mengimpor jamu dari Cina dan tidak memanfaatkan Jamu Indonesia. Memang isunya kompleks sekaligus menarik. Kita tidak akan memperpanjang dengan pertanyaan mengapa dan lain lain.
Namun ada isu yang sering naik ke permukaan terkait sainstifikasi jamu yang tidak terurus. Studi "The scientification of jamu: a study of Indonesian's traditional medicine" oleh W Sumarni*, S Sudarmin and S S Sumarti dari Fakultas Tehnik Kimia, Matematik dan Ilmu Alam, Universitas Negeri Semarang melakukan riset terkait saintifikasi dari pengobatan tradisonal, termasuk penggunaan jamu memainkan peran penting dalam memelihara dan mengobati penyakut.Â
Ini sudah terjadi sejak jaman dulu. Penggunaan obat tradisional dalam bentuk Jamu sudah menjadi bagian dari sejarah neneok moyang. Bahkan, di dinding candi Borobudur, pembuatan obat tradisional dan jamu tertera di sana. Artinya, Jamu sudah jadi bagian dari kehidupan kita sejak lama.
Riset itu juga menggarisbawahi jenis empon empon yang dipercaya memiliki khasiat pengobatan di samping jenis jenis jamu, seperti Jamu Kunir Asem, jamu Beras Kencur, Jamu Paitan, Jamu Godhong Kates, jamu Cabe Puyang, dan Jamu Temu Lawak merupakan menu utama Jamu Gendong.Â
Campuran asam, kapulogo, beras, biji kedawung, temu kunci, jeruk, kapulaga, dan pala adalah menjadi bagian dari pengetahuan asli pengobatan herbal Jamu.Â
Sayang sekali proses saintifikasi dari jamu hampir tidak pernah tuntas terkait manfaat, teknologinya, komposisi, proses pembuatan serta serta kualitas yang disyaratkan untuk efektivitasnya sebagai sistem pengobatan.
Riset inipun sebetulnya hanya menggunakan sampel yang tidak terlalu besar, yaitu lima Ibu Jamu di beberapa wilayah di Semarang. Riset menunjukkan bahwa terdapat lima jenis jamu yang ada di semua Ibu Jamu, yaitu beras kencur, kunir asem, paitan, gulaasem dan temulawak. Sementara, lainnya dibuat atas pesanan.
Ilmu jamu yang Ibu Jamu dalam sampel pada umumnya dapatkan dari orang tua mereka. Misalnya, untuk pahitan mau bahannya adalah Sambiloto, Brotowali, Widorolaut, Doroputih, Babakan Pule, Adas dan Empon empon lain. Dan, tidak lupa gula merah dan putih menjadi bagian dari bahan jamu.
Untuk gula asem maka dipergunakan Sinom atau daun asam muda, Jahe, Kedawung, dan Jeruk. Tentu saja tidak lupa campuran gula merah dan gula pasri serta garam. .
Sementara itu, untuk pahitan daun Pepaya serta Temu Ireng dan Adas Pulo Waras serta garam dipergunakan.
Jamu Temulawak terdiri dari Jahe, Kencur, Asem Kawak, Gula Kelapa, Daun Pandan, dan Temulawak, tentu saja.