Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Protokol COVID-19 bagi Jamu Gendong: Suatu Model Normal Baru

13 Mei 2020   09:00 Diperbarui: 14 Mei 2020   21:21 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamu Empro Praktekkan Protokol-19 ( EMPU)

Usahanya yang pernah mendapat suntikan dana dari Bank BRI di tahun 2018 telah menjadi lebih besar. Produk andalannya, Jamu instan Jahe Empritnya dipesan banyak orang. Masyarakat percaya bahwa jahe instan adalah minuman herbal yang dapat menghangatkan tubuh. Penjualan jamunyapun ia kelola dengan cara online. (Liputan6.com, 16 April 2020).

Rupanya Ibu Diana bukan hanya berjualan jamu saja, tetapi ia juga mensosialisasikan manfaat jamu dan memberi pelatihan kepada Ibu-ibu tentang bagaimana membuat jamu.

DI Madiun, Jawa Timur, diberitakan pula bahwa seorang penjual jamu, Oktavia Purnawati di Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun yang biasanya bisa menjual 50 botol perhari lalu meningkat menjual 100 botol per hari. Bu Wati memanfaatkan jahe, kunyit dan temulawak sebagai bahan baku jamunya karena bahan bahan itu dipercaya mampu meningkatkan imunitas tubuh. (today.line.me).

Di Tangerang, Ibu Sariyem atau juga disebut Ibu Hajjah Azizia setelah naik hajinya adalah seorang ibu Jamu yang telah berjualan jamu lebih dari dua puluh tahun. Jamunya telah menghantarkan anak anaknya untuk bersekolah di perguruan tinggi.

Ia punya cerita menarik. Ia memiliki langganan setia, dan untuk itu, ia juga terus mengembangkan usahanya.

Selain telah mengganti gendongan jamunya dengan gerobak, yang tentu mengurangi beban di punggungnya, Ibu Hajjah Aziziah juga menjalankan bisnis jamunya secara online. Sayapun beruntung telah merasakan kunyit asam yang beliau antar melalui gosend.

Ibu Hajjah Aziziapun menginformasikan bahwa beliau telah sering mengikuti beberapa pelatihan yang diselenggarakan oleh BPOM. Ia, misalnya, memahami mengapa perlu menggunakan panci stainless steel untuk memasak jamu. 

Iapun memahami pentingnya kebersihan dalam persiapan dan proses memasak Jamu. "Saya bikinnya ngga banyak, bu, jadi setok sedikit sekiranya mau habis bikin bisa tiap hari. Ya karena online juga ya nyetok tapi gak banyak karena kebanyakan pelanggan pengen jamunya anget. Kalau saya harus ngangetin rugi di gas nya, bu". Betul juga sih.

Namun, tidak semua Ibu Jamu adalah seperti Ibu Ngainah, Ibu Diana dan Ibu Hajjah Azizia. Banyak ibu Jamu yang mudik lebih cepat dari yang lain karena masyarakat juga takut ketularan covid19 dan karena keluarganyapun mudik.

Mbak Titik, Ibu Jamu yang beroperasi di komplek Bumi Makmur di Bekasi mengatakan bahwa ia tidak semangat. Ia tak bisa mudik. Namun, untuk berbisnis juga sulit, meski ada beberapa pelanggan yang masih menanyakan jamu jahe emprit dan juga kunir asem. 

Penutupan portal di mana mana sebagai bagian dari 'lock down' lokal di lingkungan kampungn membuat ia kelelahan untuk berjualan karena ia harus berputar kompleks untuk mengantar jamu ke rumah langganan. Itu menghabiskan enerjinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun