Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tolak Penggantian Kompasianer dengan AI di Kompasianival 2020

25 November 2019   00:10 Diperbarui: 5 Desember 2019   18:49 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap pagi, setelah ritual pagi dan minum kopi, saya buka laptop dan tulis paling tidak sebuah artikel. Apa saja yang menjadi minat saya. Bisa sesuatu yang aktual seperti isu politik, bisa juga sesuatu yang saya memang punya ketertarikan, seperti isu gender. Saya cukup cepat menulis. Tapi mohon jangan dibayangkan saya hanya perlu waktu 1 jam untuk bisa tayang sebuah artikel. Ini adalah  1 sampai 2 jam untuk sebuah artikel sepanjang 1000 sampai 1.500 kata. Itu semacam draft, yang masih lengkap dengan typo dan repetisi serta kesalahan lain, juga salah alur pikir. Saya lalu email draft itu ke email saya sendiri. Saya buat semacam bank artikel. 

Di saat senggang, istirahat makan siang, atau hendak tidur, saya pilih artikel yang sesuai untuk hari itu, dan saya edit artikel di email saya dengan smartphone. Bagi saya, editing perlu waktu. Kemacetan Jakarta dan transit penerbangan adalah rejeki untuk menulis dan edit. Oh ya, saya juga sering mendapat ide tulisan dari obrolan dengan supir taksi. Perjalanan dengan Kereta Api Jakarta Bandung adalah saat terbaik. Paling tidak 1 artikel bisa saya hasilkan dalam sekali perjalanan. 

SENANGKAH DAPAT HL? 

Kok saya berkali sebut soal HL atau Headline ? Ini yang berat. Saya diganjar penghargaan 'Headliner'. Untuk ini, saya perlu berbagi kesan, dan ini tidak pantas untuk disombongkan.

Senangkah saya mendapatkannya? Iyalah. Bohong bila saya tidak gembira. 

Namun sejujurnya saya tidak menarget HL dan tak pernah menghitung jumlah HL. Saya menulis. Ketika sudah tayang, serahkan pada pembaca. Ada yang suka. Ada yang tidak suka. Ada yang mungkin menyumpahi. Itu risiko di media sosial. 

Saya baru menyadari bahwa dalam sebelas bulan ini saya memperoleh lebih dari 130 HL ketika saya menerima email dari Kompasiana. 

Ijinkan saya sampaikan sesuatu. Karena saya berada pada masa kegairahan menulis, saya lebih pusing bila tidak bisa menulis, tinimbang memikirkan apakah tulisan itu HL atau tidak. Saya juga tak terlalu sadar berfokus pada apa itu centang biru. 

Apalagi bila ada Kompasianer yang menduga bahwa kita menulis hanya untuk gopay, itu nonsense! Memang, Gopay adalah insentif. Tapi gopay bukan tujuan utama. 

Apakah saya kecanduan menulis di Kompasiana? Saya tanpa malu untuk katakan 'Iya, saya kecanduan menulis di Kompasiana'. 

Ketika pekerjaan sedang banyak, saya geliah karena artinya saya hanya punya waktu terbatas untuk menulis di Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun