Jawaban saya selalu berbeda. Bingung!. Karena alasan dan jawabannya sulit saya bakukan. Mungkin, kawan kawan Kompasianer berpikir saya pelit membagi tips. Atau apa sajalah. Sejujurnya, saya hanya menulis dan menulis. Tanpa kerangka. Tanpa penjara. Ketika saya ingin menulis, saya lakukan. Itu saja.Â
Namun, karena dipaksa, saya coba urut balik "trace back". Walau jawaban ini jadi terasa "mengada ada", karena saya tidak memiliki prosedur atau pola baku dalam menulis. Mohon maaf bila apa yang saya tulis membuat pembaca tidak berkenan.
Pertama, saya bukan terlahir sebagai seorang penulis. Apalagi penulis prosa. Mungkin saja, pekerjaan yang menuntut saya untuk menulis mempengaruhi pola kerja menulis. Bukan tulisan prosa. Bukan fiksi. Namun, tulisan laporan. Beruntungnya, laporan itu bukan laporan reportase, atau laporan proyek, melainkan laporan yang mencoba menjawab ala"riset", yang punya pertanyaan untuk dijawab.Â
Laporan itu bisa terkait isu sosial budaya, kehutanan, perikanan, pertanian, ekonomi, kesehatan, pendidikan, politik, pemilu, masyarakat sipil, gender, kemiskinan dan lainnya. Sebisa saya tentunya. Modal saya adalah banyak hidup di lapang dan menggunakan ilmu hidup. Bukankah menjadi makin tua memberi kita ilmu hidup pula.Â
Kedua, selain menjawab pertanyaan "riset", tulisan itu tentu menjawab pertanyaan dasar tentang apa, siapa, mengapa, bagaimana ini penting, berapa, dan apa yang harus dilakukan. Intinya 5 H dan 1 H itulah. Jadi, saya berangkat dari hal dasar dan sederhana, yang saya yakin kita semua gunakan ini.Â
Ketiga, pekerjaan saya melibatkan kunjungan lapang, bertemu manusia, bertemu aktor kemanusiaan. Manusia tidak homogen.
Ia bisa perempuan pejuang ekonomi. Ia bisa laki laki yang terancam egonya sendiri di pemerintahan. Ia bisa orang kaya pemilik modal. Ia bisa elit desa yang banyak bicara. Ia bisa orang miskin pemberontak. Ia bisa orang mapan yang tak hendak lihat realitas. Ia bisa petani tanpa tanah. Ia bisa perempuan disabilitas tanpa akses politik. Ia bisa guru penuh tugas namun berstatus honorer selama hidupnya. Ia bisa pengungsi bawah tenda yang lama menanti dukungan pemerintah, dan sebagainya.Â
Mereka punya kekhasan. Seperti hidup kita. Ini jadi bekal saya bercerita, dan masuk dalam tulisan. Sekali lagi, saya pakai ilmu hidup saja.
Keempat, untuk menjawab pertanyaan "riset" di atas, mau tidak mau saya harus membaca. Bahasa kerennya, saya lakukan kajian pustaka. Itu karena tak semua pertanyaan punya jawaban siap pakai di google.Â
Setelah saya mengingat-ingat, artikel saya mungkin saja jadi mirip tulisan investigatif. Ini karena saya mudah kepo. Intinya, saya coba menjawab pertanyaan dari berbagai topik dan melaporkannya dalam bentuk tulisan kepada pembaca. Ini mirip definisi tulisan investigatif menurut en.wikibook.com. Artikel investigatif saya bisa beragam, ke soal apa saja.Â
Soal lebah jantan yang hidupnya sangat pendek, yang mati setelah mempersembahkan kejantannya kepada sang Ratu Lebah. Sementara, madu lebah ternyata utuh baik yang ditemukan di suatu piramida di Mesir.Â